A. PENDAHULUAN
Selama kita hidup di dunia setiap
kali kita melakukan suatu pekerjaan atau ketika kita sedang menganggur tanpa
disadari dan tanpa perintah dari otak, kita pasti selalu memperhatikan hal-hal
yang ada disekitar kita. Tapi tidak jarang pula perhatian yang kita berikan
berasal dari perintah otak atau pikiran kita. Hal tersebut terjadi karena
adanya stimulus yang secara spontan mempengaruhi diri kita.
Jika dilihat dari sudut pandang ilmu
Psikologi Kognitif perhatian atau yang biasa disebut dengan atensi merupakan
cara-cara yang dapat digunakan secara aktif untuk memproses sejumlah informasi
yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh indra, memori
yang tersimpan, dan oleh proses kognitif lainnya. Seperti yang telah dijelaskan
dalam uraian tersebut bahwa sebenarnya tanpa kita sadari setiap hari bahkan
setiap detik selalu ada banyak stimulus yang mengelilingi kita dan meminta
perhatian dari kita.
Untuk dapat menimbulkan suatu
tindakan maka kita harus memperhatikan salah satu stimulus yang ada disekitar
kita. Setelah kita memperhatikan stimulus tersebut maka sama artinya kita telah
memberi tanggapan atau respon terhadap stimulus tersebut. Respon dari stimulus
tersebut berupa tindakan atau reaksi tertentu sesuai dengan stimulus yang kita
beri respon.
Contohnya:
Ketika kita sedang berjalan-jalan
disebuah taman bunga tentunya perhatian kita tertuju pada keindahan pemandangan
alam sekitar dan pada bunga-bunga yang ada di taman itu. Kemudian tiba-tiba ada
orang yang terpeleset dan terjatuh di danau yang berada di taman tersebut.
Suara orang yang tercebur ke danau
tadi memutus perhatian kita pada keindahan taman bunga tersebut dan langsung
mengalihkan perhatian kita ke orang yang tercebur tadi. Respon dari setiap
orang yang melihat kejadian itu pasti akan berbeda-beda. Tergantung dari
stimulus yang diperhatikan. Ada yang merespon mengenai “apakah orang itu bisa
berenang sehingga dia tidak tenggelam”, “apa yang menyebabkan orang itu bisa
terpeleset dan tercebur ke danau”, “bagaimana orang itu bisa sampai ke tepi
danau tanpa rasa malu karena telah tercebur dan dia bisa tetap melanjutkan
rekreasinya”, dan masih banyak lagi respon yang dihasilkan dari satu peristiwa.
Untuk bisa menimbulkan suatu respon
berupa tindakan tidak harus berasal dari suatu peristiwa besar seperti contoh
diatas. Namun dari hal-hal kecil dan yang paling mendasar di sekitar kita juga
bisa menimbulkan suatu stimulus yang dapat menarik perhatian kita untuk
menanggapi stimulus tersebut. Kejadian-kejadian kecil yang dimaksudkan misalnya
warna bunga, acara televisi, bentuk yang aneh dari suatu benda, bagaimana cara
mengikat tali sepatu, bagaimana cara menuju ke kampus, bentuk atau arah jalan
menuju kampus, dan masih banyak hal lainnya yang dapat menarik perhatian kita.
Namun sayangnya walaupun banyak
sekali stimulus yang dapat menarik perhatian, manusia memiliki keterbatasan
dalam memberikan perhatian pada setiap stimulus yang ada. Manusia hanya bisa
memproses sebagian kecil informasi yang didapat. Informasi tersebut tidak hanya
berasal dari luar diri manusia namun juga berasal dari dalam diri manusia.
Kadang kala apabila kita sudah
terlalu sering memberi perhatian pada suatu hal atau kegiatan maka lama-lama
kita akan menjadi terbiasa dengan hal tersebut. apabila kita sudah terbiasa
maka kita tidak memerlukan banyak energi untuk melakukan lagi kegiatan tersebut
berulang-ulang kali. Kegiatan yang sudah terbiasa kita lakukan atau sudah kita
kenal dengan baik lama-lama kegiatan tersebut akan secara otomatis berlangsung.
Tidak perlu lagi membutuhkan pikiran untuk mengambil keputusan dan bagaimana
cara untuk melakukan kegiatan itu. Sehingga energi yang tidak diperlukan lagi
tersebut dapat kita alihkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang belum
bisa berjalan secara otomatis atau bahkan untuk kegiatan yang masih bersifat
baru untuk dapat kita pelajari.
Contohnya:
Ketika kita pertama kali belajar
naik sepeda. Pada awalnya kita belajar setahap demi setahap. Dari naik pedal
sepeda dengan satu kaki untuk belajar keseimbangan. Setelah keseimbangan badan
sudah dapat dijaga baru kita belajar mengayuh sepeda. Kemudian mengenai
bagaimana menyesuaikan diri untuk berbelok ke kanan atau ke kiri, dan
seterusnya sampai kita mampu mengendarainya. Setelah mahir kita tidak perlu
lagi memikirkan tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk naik sepeda. Sebab
kegiatan naik sepeda sudah menjadi otomatis untuk dilakukan sampai sekarang.
Tenaga yang dipakai pun tidak sebanyak ketika pertama kali belajar naik sepeda.
Banyak sekali proses yang terjadi
ketika kita memberikan atensi terhadap suatu hal. Namun masyarakat awam atau orang biasa
hanya memandang atensi sebagai suatu tindakan sederhana. Mereka memandang bahwa
atensi hanya memiliki satu aspek dan satu proses yang terjadi. Namun jika kita
tengok lebih dalam lagi dengan menggunakan kajian ilmu Psikologi Kognitif
atensi atau perhatian memiliki beberapa sub bagian atau beberapa proses yang
mendukung terjadinya atensi tersebut. Dimana proses-proses tersebut sebenarnya
saling bergantung dan saling melengkapi satu sama lain. Proses-proses tersebut
diantaranya :
1. Pemrosesan Ambang-Sadar
Informasi bagi pemrosesan kognitif
yang letaknya di luar kesadaran alam-sadar bertempat di wilayah yang disebut
ambang-sadar. Informasi tersebut mencakup memori yang tersimpan namun hanya digunakan
ketika kita membutuhkan informasi tersebut.
2. Proses Terkontrol versus Otomatis
Proses terkontrol yaitu proses yang
bisa diakses oleh kendali kesadaran bahkan mensyaratkan kontrol kesadaran itu
sendiri. Namun mayoritas proses yang terjadi adalah tindakan yang dilakukan
secara terkontrol lama-lama akan menjadi tindakan yang dilakukan secara
otomatis. Proses otomatis merupakan proses yang tidak melibatkan kontrol
kesadaran sedikit pun. Jika ingin dibandingkan maka proses otomatis ini hampir
mirip dengan skema gerak refleks. Untuk melakukannya kita tidak memerlukan
suatu keputusan atau lama-lama berpikir.
3. Habituasi dan Adaptasi.
Habituasi adalah suatu kondisi yang
terjadi dimana kita sudah terbiasa dengan suatu stimulus sehingga lama-lama
kita makin kurang memberikan perhatian pada stimulus tersebut. Proses yang
terjadi di dalamnya berlangsung setahap demi setahap, sedangkan adaptasi
merupakan suatu proses penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar kita.
Proses adaptasi sendiri biasanya terjadi secara otomatis ketika kita
menghadapai situasi atau lingkungan yang baru.
Dari masing-masing proses yang telah
dijelaskan diatas akan dapat menimbulkan jenis reaksi yang berbeda-beda
tergantung dari penyebab dan proses yang terjadi. Atensi atau perhatian dalam
ilmu Psikologi Kognitif tidak hanya sebatas pada apa yang telah diuraikan dalam
penjelasan di muka tadi. Dalam proses atensi atau perhatian terdapat juga
beberapa teori dari tokoh-tokoh terkenal yang tidak kami sampaikan dalam
penjelasan pendahuluan tersebut.
Dari berbagai proses yang ada,
terdapat satu proses sederhana yang sering terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari namun tidak terlalu kita sadari. Proses tersebut adalah habituasi.
Berikut ini akan dibahas mengenai apa itu habituasi dan bagaimana cara kita
dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari.
B. HABITUASI
Seperti yang telah dijelaskan pada
uraian diatas bahwa habituasi adalah suatu kondisi dimana kita sudah terbiasa
terhadap suatu stimulus sehingga secara bertahap kita menjadi kurang memberikan
perhatian pada stimulus tersebut. Faktor yang berperan dalam menentukan
habituasi adalah stabilitas dan keakraban terhadap stimulus yang ada. Namun
jika dari stimulus tersebut muncul atau terjadi suatu perbedaan maka perhatian
kita akan terfokus kembali terhadap stimulus tersebut walaupun tidak terjadi
100%.
Proses terjadinya suatu perubahan di
dalam stimulus yang dikenal kemudian mendorong kita kembali untuk memberikan
perhatian terhadap stimulus itu lagi disebut dengan dishabiutuasi. Sebenarnya
proses habituasi dan dishabituasi merupakan proses yang terjadi secara
otomatis. Walaupun habutuasi terjadi secara otomatis dan memerlukan kontrol
dari alam-sadar, namun kita masih bisa mengontrol terjadinya habituasi. Kontrol
tersebut tidak berlangsung di dalam otak melainkan pada alat indera kita.
Proses seperti ini dikenal dengan adaptasi indera.
Adaptasi indera merupakan proses
berkurangnya atensi terhadap sebuah stimulus tetapi bukan karena keinginan otak
atau kontrol alam-sadar, namun terjadi secara langsung di dalam indera.
Dua faktor yang mempengaruhi
habituasi adalah stimulus internal dan pembangkit subjektif yang bervariasi.
Dari kedua faktor tersebut yang paling dominan adalah variasi internal.
Dengan mengukur pembangkit atau
biasa disebut dengan arousal yang terdiri dari tingkat kesenangan fisiologis,
responsivitas dan kesiapan bagi tindakan, berkaitan dengan garis dasar bertahan
hidup, kita dapat mengamati terjadinya habituasi di tingkat fisiologis. Arousal
biasanya diukur melalui detak jantung, tekanan darah, pola-pola EEG dan
tanda-tanda fisiologis lainnya. Pola-pola fisiologis tersebut sekarang ini
telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Detak jantung misalnya, orang
menganggap apabila detak jantung seseorang bertambah cepat dalam hitungan detik
maka ada kemungkinan orang tersebut takut, merasa gusar, marah, dan lain
sebagainya. Biasanya apabila detak jantung kita cepat maka akan diikuti naiknya
tekanan darah. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung berfungsi memompa
darah keseluruh tubuh. Maka dari itu apabila detak jantung kita bertambah cepat
maka darah yang dipompa akan semakin banyak. Oleh karena itu tidak jarang bagi
mereka yang suka marah ada kemungkinan untuk dapat terserang penyakit darah
tinggi.
Terapi-terapi yang bertujuan untuk
ketenangan atau pergi ke daerah-daerah yang masih banyak lingkungan hijau
sangat dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi agar gejala yang terjadi
dapat diminimalisir. Pemandangan hijau selain dapat digunakan untuk mencari
ketenangan juga baik bagi tingkat ketahanan stress pada anak-anak.
Seorang psikologi lingkungan dari
Cornell University bernama Nancy Wells menemukan manfaat lain dari kebun.
Menurutnya lingkungan yang hijau di sekitar rumah merupakan faktor signifikan
dalam melindungi kesejahteraan psikologis anak-anak di wilayah perkotaan.
Dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa situasi penuh tekanan yang terjadi dalam hidup, tampak tidak
banyak menimbulkan ketegangan psikologis pada anak yang tinggal di lingkungan
hijau dibandingkan anak yang tinggal di lingkungan tidak hijau. Anak-anak yang
bisa menikmati lingkungan asri tersebut terlihat lebih siap menghadapi stress,
ketimbang anak yang memiliki kamar tanpa pemandangan hijau.
Wells dan rekannya Gary Evans
melakukan penelitian mengenai kadar alamiah disekitar rumah 337 anak kelas tiga
sampai lima, dengan melihat jumlah tanaman di dalam rumah mereka, pemandangan
hijau yang terlihat dari jendela kamar, dan apa materi pembentuk halaman rumah
mereka misalnya terbuat dari rumput, tanah, atau beton. Pengukuran dilakukan
menggunakan sebuah alat “skala kadar alamiah lingkungan perumahan.” Wells dan
Evan menggunakan tes baku untuk mengukur kadar stress dalam kehidupan anak,
laporan orang tua tentang tingkah laku stress anak, dan penilaian diri anak
terhadap kesejahteraan psikologisnya.
Anak-anak yang dikelilingi oleh alam
memiliki rentang perhatian yang lebih lama. Kemampuan untuk lebih fokus
tersebut membuat anak lebih bisa berpikir dengan jernih, sehingga mereka lebih
siap untuk menghadapi stress.
Di dalam dunia kedoteran sendiri EEG
sudah sering digunakan. EEG sangat membantu bagi para pasien yang koma di rumah
sakit. EEG dapat membantu membaca dan menyediakan laporan-laporan verbal atas
respon yang terjadi.
Habituasi sendiri berfungsi sangat
penting untuk sistem atensi kita, sebab dengan habituasi kita mampu
menyingkirkan stimulus-stimulus yang sudah kita kenal dalam banyak stimulus
yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat mengetahui bagaimana
habituasi itu telah atau sedang terjadi dalam kegiatan kita dengan memastikan
apakah kita sudah bosan atau jenuh dengan hal yang sedang kita kerjakan. Bosan
adalah kata kunci apakah habituasi sedang terjadi atau tidak. Misalnya adalah
ketika kita sendang membaca buku, jika lama-lama kita tidak ingat atau tidak
mengerti terhadap isi dari paragraph yang baru saja dibaca maka habituasi
sedang terjadi.
Namun dengan melakukan beberapa
tindakan berikut ini maka kita akan dapat mendishabituasi diri, tindakan
tersebut diantaranya:
1. Ambil jeda atau alternatif diantara
tugas yang berbeda kalau bisa. Jika anda tidak ingat beberapa paragraph
terakhir teks maka berhenti sebentar selama beberapa menit. Tandai teks
terakhir yang masih diingat dan letakkan buku itu. Jika apa yang telah
dilakukan untuk memahami bacaan merupakan sesuatu yang tidak berharga maka
lakukanlah pekerjaan lain untuk sesaat.
2. Buat catatan sembari membaca buku
atau mendengarkan kuliah. Membuat catatan dapat memfokuskan atensi kepada
materi yang dipelajari dari pada hanya membaca atau mendengarkan. Ubah catatan
dari tulisan tangan menjadi print out agar lebih menarik.
3. Sesuaikan fokus atensi anda kepada
beragam stimulus.
Jika dari semua tindakan ini masih
gagal untuk dilakukan maka kita harus memaksakan diri untuk menjadi tertarik
terhadap stimulus yang ada. Mengambil nafas dalam sesekali atau menutup mata
selama beberapa detik dapat mengubah tingkatan minat internal kita.
1.
pembiasaan pd, dng, atau untuk
sesuatu; penyesuaian supaya menjadi terbiasa (terlatih) pd habitat dsb: --
diri dng iklim tropis (bagi orang Eropa yg tinggal di daerah panas); --
kuda dng bunyi tembakan (melatih agar tidak ketakutan apabila mendengar
bunyi tembakan)
habituasi
2. Penurunan, selama presentasi ulang,
dalam perilaku responden ditimbulkan oleh stimulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar