7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam – Larangan Ketujuh
Jangan
Saling Bermusuhan
Saudaraku,
perbuatan terakhir yang dilarang oleh Rasulullah Saw untuk dilakukan kaum
muslimin adalah saling bermusuhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
RA, Rasulullah Saw memperkuat hal ini,
“pintu-
pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis. Maka akan diampuni semua hamba
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang
laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka
dikatakan, “Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.
Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan
oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (HR. Bukhari, Muslim. –Shahih).
Betapa
Rasulullah Saw di dalam hadits di atas amat mengecam umatnya yang saling
bermusuhan, apalagi hingga tidak mau berdamai dan saling memaafkan. Kecaman
beliau sangatlah kuat sampai- sampai ancamannya adalah tidak akan diampuni
dosa- dosanya, sehingga pintu surga tertutup bagi mereka.
Marilah
kitra ingat kembali bagaimana Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin
dan Anshar. Kerekatan tali persaudaraan di antara mereka melampaui kerekatan
berdasarkan tanah air, suku bangsa dan bahasa. Bahkan melampaui persaudaraan
yang berdasarkan pertalian darah atau nasab.
Ada
satu kisah yang terselip di tengah kisah agung tentang hijrahnya Rasulullah Saw
bersama para sahabat dan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar yaitu
kisah Saad Ibn Ar Rabi’ dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Saad dari kaum Anshar, sedang
Abdurrahman dari kaum Muhajirin. Keduanya adalah sama-sama sahib Rasulullah
Saw. Yang kaya raya.
Ketika
hijrah ke Madinah, Abdurrahman tidak membawa harta kekayaannya yang ada di
Mekkah. Mak, ia pun tiba di Madinah sebagai orang yang tidak berpunya.
Kemudian, Rasulullah Saw mempersaudarakannya dengan Saad. Saad pun seketika itu
menawarkan bagian dari kekayaan untuk dimiliki oleh Abdurrahman. Bahkan, Saad
menawarkan salah satu istrinya untuk diceraikan dan kemudian diperistri oleh
Abdurrahman. Namun, meskipun Saad menawarkan semua itu dengan penuh
kesungguhan, Abdurrahman menolaknya secara halus dan memilih untuk berusaha
sendiri melalui perniagaan.
Membaca
penggalan kisah kedua sahabat Rasulullah ini, maka kita bisa melihat betapa
agungnya persaudaraan sesama muslim. Sungguh, tak ada keuntungan yang akan kita
dapatkan dari permusuhan selain dari sesaknya hati dan rasa gelisah manakala
berjumpa dengan saudara yang bermusuhan dengan kita.
Oleh
karena itu berbesar jiwalah, lapangkanlah hati kita untuk mau memohon maaf dan
memberi maaf. Sebagai gambaran, jikalau kita berada di dalam sebuah kamar yang
sempit, dan dikamar itu ada seekor tikus kecil, maka sungguh terasa sengsaranya
kita. Betapa tikus itu akan menjadi masalah yang terasa amat besar buat kita.
Namun, jikalau kita berada di dalam ruang yang sangat luas yang bahkan seolah
tak berbatas, maka jika ada seekor gajah besar di dalam ruangan itu tak akan
menjadi masalah besar untuk kita.
Demikianlah
jika kita memiliki kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Rasa kesal, marah dan
permusuhan dengansaudara kita, tidak akan menjadi masalah untuk kita. Karena
kita akan memiliki kemudahan untuk mau meminta maaf dan member maaf.
Allah
Swt berfirman,“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh.” (QS.
Al A’raf [7]: 199)
“..Maka
barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang- orang yang dzhalim.” (QS. Asy Syura [42]: 40)
Dua
ayat diatas lebih dari cukup bagi kita untuk menyadari bahwa Allah Swt sangat
mencintai hamba-Nya yang ringan dalam member maaf. Rasulullah Saw
menegaskankedua ayat di atas dengan haditsnya sebagaimana diriwayatkan dari Abu
Hurairah, Rasulullah Saw bersabda,
“Barangsiapa
pernah melakukan kedzhaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya
atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini,
sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (kelak) jika dia
memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzhalimannya. Dan jika
dia tidakmempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang
dizhalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari. –Shahih).
Masya
Allah, betapa besarnya urusan maaf- memaafkan ini dalam agama kita. Saking
besarnya, Rasulullah amat menekankan kepada kita untuk bersegera dalam meminta
maaf dan memaafkan apabila memiliki kesalahan terhadap sesama.
Karena
jika hal itu tekat, yaitu ketika belum mendapatkan maaf dari orang yang kita
dzhalimi, maka kita akan menjadi orang yang rugi di akhirat. Kenapa? Karena
amal kebaikan kita akan diberikan pada orang yang kita dzhalimi seukuran dengan
kedzhaliman yang kita lakukan terhadapnya. Sedangkan jika itu belum juga
memenuhi, maka keburukan dirinya akan dialihkan kepada kita.
Na’udzubillahimindzalik!
Oleh
karena itulah selain ampunan dari Allah Swt, terdapat juga dosa- dosa yang
tidak terhapus kecuali mendapatkan maaf dari orang yang di dzhalimi atau
disakiti. Memang bisa jadi orang yang didzhalimi itu memiliki keluasan hati
sehingga ia memaafkan sebelum dimintai maaf, akan tetapi, mungkin juga
sebaliknya, ia diam namun memendam marah tanpa mau memberikan maaf. Hal ini
sebagaimana kisah Al Qomah dengan ibunya.
Dalam
hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda,“Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta; tidaklah Allah menambah
bagi seorang hamba dengan sifat memberi maaf, kecuali kemuliaan; dan tidaklah
seorang hamba merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah meninggikan
derajatnya.” (HR. Muslim. –Shahih)
Rasulullah
Saw juga pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku
tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang
yang mendzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu, dan menyambung
silaturahim orang yang memutuskan (silaturahim dengan)mu.” (HR.
Baihaqi. –Marfu’).
Permusuhan
hendaklah dilawan dengan semangat saling maaf- memaafkan. Karena semangat ini
adalah bukti keimanan terhadap Allah dan Rasul- Nya, serta wujud nyata
persaudaraan di dalam islam. Semoga kita menjadi bagian dari golongan orang-
orang memiliki semangat tersebut dan termasuk golongan yang dijanjikan surge
oleh Allah Swt. Aamiin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar