Minggu, 28 Februari 2016

BAB I PENDAHULUAN skripsi 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
            Teknologi pakan lengkap (complete feed) merupakan salah satu metode/ teknik pembuatan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan perlakuan suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel bahan, pengeringan, penggilingan/ penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun cairan, serta pengemasan produk akhir.Pakan lengkap yang dikembangkan pada dewasa ini (saat ini) diawali dari adanya masalah kelangkaan pakan hijauan hal ini diakibatkan kemarau panjang pada tahun 1998. Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas dilakukan survey identifikasi mengenai potensi sumber-sumber bahan baku alternatif pengganti hijauan. Dari kegiatan survey dihasilkan kesimpulan bahwa limbah pertanian dan limbah agroindustri dapat dijadikan alternatif pakan yang murah dan potensial.Kajian dilanjutkan dengan melakukan serangkaian analisis tentang kandungan nilai nutrisi dari masing-masing bahan baku di laboratorium makanan ternak, hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar limbah pertanian layak digunakan sebagai bahan baku pakan sehingga dapat dirumuskan formula pakan lengkap yang siap diuji coba ke ternak ruminansia.Dari hasil uji coba yang pernah dilakukan oleh BPTP Jawa Timur dan kalangan akademisi, diperoleh hasil yang memuaskan dalam peningkatkan aspek produktivitas ternak, adopsi teknologi maupun dampak pengembangan di masyarakat. Ternyata teknologi pakan lengkap ini memiliki nilai komersial yang tinggi dan mendapat respon positif dari pihak swasta, sehingga banyak bentuk pakan lengkap yang beredar di masyarakat.


 
 


Pada industri ternak ruminansia [sapi,kambing dan domba] masalah yg sering dihadapi para peternak adalah yg berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan1, khususnya selama musim kemarau. Tidak jarang untuk mencukupi pakan hijauan para peternak harus menjual ternak lainya untuk biaya membeli hijauan kondisi yang lain adalah seringnya terjadi percekcokan /pertengkaran antara penduduk desa karena kambing /ternak yang digembalakan merusak tanaman tetangganya. Pencurian rumput dan daun-daun pohon selama musim kemarau sering terjadi di daerah sekitar areal perkebunan atau kehutanan, sehingga kehadiran ternak dirasakanmengganggukelestarianlingkungan.
Sementara itu potensi limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar limbah-limbah tersebut digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri dan sebagian besar masih terbuang atau dibakar karena menngganggulingkungan.
         Pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukan masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya produktivitas ternak yang dipelihara tidak optimal, bahkan diantara peternak banyak yang mengalami kerugian akibat pemberian pakan yang kurang tepat. Kelemahan ini  sudah lama disadari, namun sayangnya upaya swasembada sapronak utamanya pakan masih belum menggembirakan. Kuncinya terletak pada aspek bahan baku pakan sehingga pemecahannya antara lain melalui upaya swasembada bahan baku pakan dan upaya memperbaiki mutu pakan yang bersumber dari bahan lokal.

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 70% dari proktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30% saja. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pemngaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukan bahwa walaupun potensi genetik ternak itu tinggi, tetapi apabila pakan

1 Widayati, Eti, and Y. Widalestari. "Limbah untuk pakan ternak." Trubus Agrisarana. Jakarta (1996).
2
 
 
kualitasnyar endah, maka proktivitas yang optimal tidak akan tecapai.
Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80%dari keseluruhan   biaya produksi. Dengan demikian, memproduksi pakan bukan hanya dituntut dalam mencapai aspek kualitas saja, tetapi yang lebih penting adalah memproduksi pakan yang ekonomis, murah,dan terjangkau oleh kemampuan peternak [Siregar, 1994]. Dengan pengembangan sub-sistem agribisnis hulu seperti industri agroinput yang menghasilkan produk pakan ternak merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan agribisnis peternakan yang secara langsung akan membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal pengadaan input produksi.
Pemanfaatan limbah agroindustri di waktu-waktu mendatang akan semakin beragam, tidak hanya untuk digunakan langsung dan ekspor tetapi juga sebagai bahan baku industri pengolahan serta industri pakan ternak. Diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-puduct) yang sering dianggap sebagai limbah (waste product) dari kegiatan agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan ternak akan mendorong perkembangan usaha agribisnis ternak ruminansia secara integrative dalam suatu system produksi terpadu dengan pola pertanian melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal dengan konsep “zero waste production system”. Salah satu alternatif teknologi yang berorientasi pada konsep “zero waste” adalah pembuatan pakan lengkap (complete feed) dengan memanfaatkan limbah pertanian dan limbah agroindustri sebagai bahan bakunya2.

1.     Pucuk tebu, Ampas tebu, Daun tebu

2 Widayati, Eti, and Y. Widalestari. "Limbah untuk pakan ternak." Trubus Agrisarana. Jakarta (1996).
3
 
Hasil ikutan tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu, daun tebu, ampas tebu (bagase), blotong dan tetes (molases). Pucuk tebu memiliki daya cerna dan nilai gizi yang relatif rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi (42,30%).

Akan tetapi dengan tindakan pengolahan kimiawi, hayati dan fisik, secara signifikan mampu meningkatkan daya cerna, kandungan gizi dan konsumsi pakan ternak untuk hewan ternak kambing (Dwiyanto,etal,2001).
              Pucuk tebu digunakan sebagai hijauan makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negative pada ternak ruminansia. Ampas tebu (bagasse) merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling yang mengandung serat kasar yang tinggi yang terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Mengingat tingginya serat kasar, ampas tebu hanya bisa digunakan untuk ternak ruminansia sebanyak 25%.
Tetes bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48-60% sebagai gula), kadar mineral dan rasanya disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng. Kelemahannya kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam ransum unggas sebesar 5-6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%.


2.     Onggok


4
 
Onggok adalah pakan sumber energi yang berasal dari sisa pengolahaan singkong menjadi tepung tapioka. Kandungan pada onggok antara lain :
-         protein kasar          : 2,89%                        – serat kasar     : 14,73%
-         abu                         : 1,21%                        – beta-N           : 80,80%
-         lemak kasar            : 0,38%                        – air                  : 20,31%
Di
ngawi harga per kg onggok kering asahan adalah Rp. 500/Kg,untuk onggok kering super harganya Rp. 950/kg. Untuk onggok basah asahan harganya sekitar Rp.12.000/karung dan untuk onggok basah super

5
 
harganya Rp. 14.000/karung. Dalam ransum onggok digunakan sebesar kurang lebih 30%. Sentra penghasil onggok di dunia adalah Indonesia dan untuk sentra penghasil onggok terbesar di Indonesia adalah di daerah LampungUtara.
Permasalan utama yang ada pada onggok adalah karena onggok memiliki kandungan protein yang rendah sekitar < 15 % dan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Salah solusi untuk meningkatkan kualitas dari onggok tersebut. Fermentasi dilakukan secara semi padat dengan menggunakan Aspergillus niger secara inokulum dan campuran urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen anorganik.

3.     Tumbuhan jagung

3MANSYUR, Nyi Mas; INDRIANI, P.; SUSILAWATI, I. Peran leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanian jagung untuk penyediaan hijauan pakan ternak. In: Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. 2005. p. 12-13.
6
 
Jagung merupakan tanaman semusim dan jagung merupakan pakan ternak yang sangat mudah di dapat di pedesaan sehingga banyak peternak yang banyak memanfaatkanya3. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun ada yang dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm. Tanaman yang sudah cukup dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana pada sorgum dan tebu. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung zat kayu (lignin).Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi.Susunan bunga jagung adalah diklin: memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (berumah satu atau monoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung, kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Rangkaian bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif yang memiliki puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
4.     Jerami kedele
Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber utama protein nabati dan minyak nabati yang paling baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kandungan protein berkisar 30-40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan masih mengandung zat gizi yang lain sehingga mempunyai potensi yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak, khususnya kebutuhan protein. Selain itu kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah yang kecil. Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya. Dengan jumlah kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kedelai cukup baik, terutama bagi ternak  dan adanya teknologi pengolahan untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari kedelai tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak maka pemanfaatan limbah kedelai untuk dijadikan bungkil menjadi alternatif yang baik dengan mengingat kandungan nutrisi yang dimilikinya. Faktor lain seperti memiliki kandungan phosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%, seperti biji kedelai tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya, kandungan niacin tidak tinggi, kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya dapat menjadi alas an untuk proses pembuatan bungkil kedelai sebagai pakan ternak.
5.      Jerami kacang tanah
Kesadaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi, khususnya kebutuhan protein hewani semakin meningkat. Protein hewani diperoleh dari bahan-bahan makanan hasil usaha peternakan seperti daging, susu dan telur. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani dengan kandungan asam-asam amino esensial yang lengkap. Ternak kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang dapat menghasilkan daging yang memiliki kualitas lebih baik daripada daging sapi, domba maupun kambing. Struktur serat daging kelinci lebih halus dengan warna dan bentuk daging menyerupai daging ayam dengan kadar protein kasar sebesar 20,8 persen (Sarwono, 2003). Pada peternakan kelinci yang intensif, pakan yang diberikan sekitar 60-80 % hijauan dan sisanya konsentrat (Sarwono, 2003). Pakan hijauan yang bisa digunakan adalah jerami kacang tanah, daun pisang, rumput lapang, daun kangkung, daun lamtoro, daun turi dan sebagainya. Jerami kacang tanah merupakan salahsatu pakan hijauan yang sering digunakan sebagai pakan kelinci, mengandung nutrien yang dapat digunakan oleh ternak yang mempunyai kualitas baik dan cukup disukai kelinci. Penggunaan jerami kacang tanah sebagai pakan kelinci memiliki kendala diantaranya adalah ketersediannya tidak kontinyu (tidak terjamin sepanjang tahun) karena keberadaannya hanya banyak pada saat musim panen kacang tanah saja, dan harganya mahal. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencari pakan alternatif yang lebih murah serta mudah didapat akan tetapi masih mengandung nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh kelinci. Salahsatu alternatif pengganti jerami kacang tanah yaitu daun pisang. Daun pisang adalah salah satu limbah pertanian jumlahnya melimpah, relatif tersedia sepanjang tahun dan mempunyai kandungan nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh kelinci. Nutrien daun pisang diantaranya adalah energi (TDN) 73,5 %, protein kasar 16,6 %, serat kasar 23,0 % dan energi (kal) 2240 kkal/ kg (Siregar, 2003). Untuk meningkatkan nilai manfaat daun pisang dan menghindari daun pisang mengalami pembusukan/ pengeringan dapat dilakukan dengan meningkatkan daya simpan dan atau kandungan nilai gizinya, dengan teknologi pengawetan, yakni dibuat silase. Kelebihan proses pembuatan silase yaitu dapat dilakukan kapan saja (tidak bergantung musim/sinar matahari). Bahan pakan yang mengalami proses ensilase akan mampu bertahan (awet) lebih lama hingga berbulan-bulan. Daun pisang yang dibuat silase akan memiliki masa simpan yang lebih lama. Kualitas silase daun pisang sebagai pakan kelinci dapat diketahui dari kandungan nutrien dan nilai cernanya. Pengukuran kecernaan pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan jumlah zat makanan yang diserap dalam tractus gastrointestinalis (Anggorodi, 1990). Kecernaan dapat dinyatakan dalam bahan kering, bahan organik, protein dan kecernaan energi (Williamson dan Payne, 1993). Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh substitusi jerami kacang tanah dengan silase daun pisang terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum pada kelinci New Zealand White jantan.
  1. Janggel jagung
Didaerah bahan ini adalah sampah yang biasanya dibuang dan dibakar, biasa di sebut limbah pertanian, namun dibalik itu menpunyai potensi bagus untuk diolah menjadi pakan ayam kampung kita, namun tentu saja dengan diolah terlebih dahulu sebelum di gunakan sebagai campuran pakan jadi (siap saji).
Cara pengolahan tidak jauh berbeda dengan cara pengolahan lain dan bisa juga di tambahkan bahan lain,  proses pengolahan ini yaitu dengan di fermentasi, proses ini selain meningkatkan kandungan namun juga lebih memudahkan dalam tercenanya jenis pakan ini oleh ayam kampung kita, adapun caranya sebagai berikut :
1.      Janggel jagung
2.      Em4 peternakan
3.      Ragi tape/tempe (bisa juga ragi fermentasi jerami) / Trichoderma
4.      Molase/tetes tebu
5.      Cairan Rumen sapi
6.      Plastik lebar
Cara I :
Janggel jagung hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah diambil bijinya dan merupakan limbah padat disebut janggel jagung. Janggel jagung dicacah dengan menggunakan chooper.Cairan rumen. Ternak Kambing yang baru dipotong dipisahkan bagian perutnya, kemudian bagian perut kambing dibelah menggunakan pisau. Isi yang ada dalam perut kambing dikeluarkan khususnya pada bagian rumen. Isi rumen tersebut diperas menggunakan kain kasa untuk diambil cairan rumennya dan disimpan didalam termos. Cairan rumen siap digunakan untuk biodekomposer pada janggel jagung fermentasi. Pengenceran cairan rumen untuk 1 kilo janggel jagung yaitu 300 ml cairan rumen dicampur dengan air sebanyak 500 ml.EM-4.  Untuk mengembangkan EM-4, 1 liter EM-4 diencerkan dengan 25 liter air, ditambah dengan gula sebanyak 150 gram dan urea sebanyak 10 gram didiamkan selama 1-2 hari. Dengan dosis penggunaan 5 ml per kilo janggel jagung.Trichoderma. Pengenceran trichoderma untuk 1 kilo janggel jagung adalah 4 gram trichoderma dicairkan pada 500 ml air.Dedak padi. Setiap perlakuan fermentasi diberikan dedak sebanyak 5% dari berat bahan pakan.Molases. Setiap perlakuan fermentasi diberikan molases sebanyak 3% dari berat bahan pakan.
Proses Fermentasi
Fermentasi dilakukan dalam kantong plastik. Langkah-langkah proses fermentasi yaitu mencacah janggel jagung menggunakan chooper hingga kecil-kecil, kemudian janggel jagung ditimbang sebanyak 1 kilo per unit percobaan. Perlakuan pertama janggel jagung tanpa fermentasi (kontrol), perlakuan kedua menggunakan cairan rumen yang sudah diencerkan sebanyak 800 ml/kg ditambah dedak padi 5% dari berat pakan dan molases sebanyak 3% dari berat bahan pakan, perlakuan ketiga menggunakan EM-4 yang sudah diencerkan sebanyak 5 ml/kg ditambah dedak padi 5% dari berat pakan dan molases sebanyak 3% dari berat bahan pakan, dan perlakuan keempat menggunakan trichoderma sebanyak 500ml/kg ditambah dedak padi 5% dari berat pakan dan molases sebanyak 3% dari berat bahan pakan.Cairan rumen, EM-4 dan Trichoderma disiramkan pada janggel jagung hingga merata kemudian ditambahkan dedak padi sebanyak 5% dan molases 3% pada masing-masing fermentasi dan diaduk hingga rata. Setelah masing-masing tercampur, kemudian dimasukkan pada kantong plastik. Fermentasi berlangsung selama 3 minggu.
Kandungan Gizi Janggel Jagung
Hasil analisis kandungan janggel jagung
·         Kadar air :            59,21 %
·         Bahan Kering :   40,79 %
·         Protein kasar :   3,25 %
·         Lemak kasar :     0,33 %
·         Serat kasar :       29,89 %
·         Abu :                    1,49 %
·         BETN :                   65,04 %
·         TDN :                    46,68 %
Hasil Janggel Jagung Fermentasi
·         Kadar air :            45,75 %
·         Bahan Kering :   54,25 %
·         Protein kasar :   3,99 %
·         Lemak kasar :     0,52 %
·         Serat kasar :       31,15 %
·         Abu :                     2,04 %
·         BETN :                   62,30 %
·         TDN :                     48,63 %
Hasil pengkajian diatas dilaporkan oleh AMALI et al., (2003)
Cara II
Cara ini adalah sebagai penyempurnaan atas cara pertama yang membutuhkan waktu relatif lama, namun demikian tentu mempunyai tambahan peralatan dan tidak murah harganya
1.      Janggel jagung
2.      Hammer mill (bisa diganti parut kelapa duduk dengan mesin)
3.      Dandang (pengukus)
4.      Ragi tape/tempe (bisa juga ragi fermentasi jerami)
5.      Em4 peternakan
6.      Molase/tetes tebu
7.      Plastik lebar
Cara dan takaran sama hanya saja di sini bahan jangel yang sudah lembut (bentuk seperti dedak/polard) dikukus dalam air panas yang sudah mendidih selama kurang lebih 45 menit sd 1 jam, lama waktu pengukusan dikarenakan bila menggunakan hammer mill gabus tengah janggel ikut serta jadi butuh waktu lebih banyak supaya lebih lunak,
Setelah bahan dikukus lalu dinginkan campur dengan molases em4 ragi tape (ragi fermentasi jerami) diamkam 3-4 hari dalam tempat tertutup (diungkep seperti pembuatan tempe) dalam plastik, tanda tanda jadi warna kecoklatan baunya asam (khas tape) lunak.
8.      Dedak padi
Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan phloroglucinol . Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia pada lemak yang ada didalam dedak tersebut. Artinya jumlah energi dari lemaksnya juga semakin sedikit. Pada musim penghujan perlu diwaspadai juga dedak padi dengan kadar air tinggi, biasanya dedak semacam ini cepat rusak (menggumpal) dan akan memicu terjadinya oksidasi pada lemaknya.
9.      Bungkil Kacang tanah
Bungkil kacang tanah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan supplemen protein tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang dapat mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat pencahar, tapi pengaruhnya lebih randah dibandingkan dengan kacang tanah.Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan flouroglucinol dapat juga dilakukan. Kualitas bungkil kacang tanah secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat.Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil
kacang tanah dan sekam.Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42.4% dan TDN 84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedele. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6% dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN bungkil biji kapas.Penggunaan pada unggas dibatasi 8% dan bersifat pencahar
  1. Kulit kacang tanah
Dalam kulit kacang dan biji durian ternyata mengandung antioksidan. Kandungan ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Tonny Mulyadi ST, dan mahasiswi Fakultas Teknik UKWMS, Elisabeth Suryatanijaya.
Tonny menemukan kulit kacang tanah mengandung antioksidan setelah diesktraksi. Sementara Elisabeth menemukan kandungan antioksidan dalam biji durian setelah difermentasi.
"Kacang tanah selama ini dimakan buahnya, sedangkan kulitnya dibuang, padahal manfaatnya bisa untuk stabilisasi bagi minyak kacang tanah, karena kandungan antioksidan," kata Tonny dalam konperensi pers yang dipimpin Rektor UKWMS Drs Kuncoro Foe G.Dip.Sc PhD bersama 15 wisudawan terbaik dan lima wisudawan paling aktif di kampus setempat, kemarin.Menurut dia, minyak kacang tanah itu memiliki asam lemak tak jenuh yang tidak tinggi dan hal itu bermanfaat bagi kesehatan dibandingkan dengan minyak dari kelapa sawit atau hewan yang memiliki asam tak jenuh yang tinggi. Namun minyak dari kacang tanah itu mudah berbau tengik karena lebih mudah beraksi dengan oksigen atau udara.
"Karena itu saya meneliti kulit kacang tanah yang ternyata mengandung antioksidan. Akhirnya, saya melakukan ekstraksi dengan mengeringkan pada terik matahari, lalu memasukkan ke oven microwave dengan diberi ethanol atau alkohol hingga kadar airnya tinggal 5-10 persen," katanya.

Setelah ditumbuk menjadi bubuk, lalu ditaburkan pada minyak kacang tanah. "Hasil penelitian saya, taburan bubuk kulit kacang tanah itu mampu menghambat potensi tengik dari minyak kacang tanah sampai 40 persen. Jadi, bubuk kulit kacang itu mampu menjadi stabilisator alami bagi minyak kacang tanah," katanya.
Sementara itu, Elisabet meneliti fermentasi biji durian. "Biji durian itu difermentasi dulu selama 14 hari hingga menjadi angkak yang berbentuk bulir dengan warna kemerahan, lalu dilarutkan dengan ethanol dan air hingga menjadi bubuk," katanya.
Menurut dia, bubuk dari biji durian itu mengandung antioksidan yang baik untuk kesehatan. "Saya sudah menelitinya dan kandungan antioksidan itu memang ada, karena itu saya berencana mengembangkan menjadi bubuk minuman seperti halnya teh celup, tapi hal itu perlu diteliti lebih lajut," katanya.
11.                        Klobot jagung
Kelobot, atau secara agak kurang tepat disebut kulit jagung, adalah lembaran modifikasi daun yang membungkus tongkol jagung. Kelobot merupakan braktea yang melingkupi tongkol. Kata ini diserap dari bahasa Jawa, klobot.Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia. Daun sempurna tersusun dari tiga bagian: pelepah, tangkai (petiolus), dan helai (lamina) daun. Pelepah daun mendudukkan daun pada batang. Tangkai daun menghubungkan pelepah atau batang dengan helai daun. Helai daun merupakan bagian terpenting dari kebanyakan daun karena di sinilah fungsi utama daun sebagai organ fotosintetik paling dominan bekerja.Bentuk helai daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).

















Bungkil Sawit
Kulit kopi
Bungkil kopra
Bungkil kacang tanah
Kulit polong kedele
Ampas kecap
Kulit kc tanah
Empok jagung
Dari aspek kualitas, jenis limbah pertanian yang potensial adalah jerami tanaman serelia, sedangkan dari aspek produksinya adalah jerami padi, pucuk tebu dan daun tebu. Namun kualitas jerami padi dan jerami tebu tergolong rendah hal ini disebabkan antara lain kandungan lignin dan selulosenya yang tinggi.
    Pakan lengkap dibuat dari bahan-bahan limbah pertanian sebagai sumber seratnya seperti daun tebu, kulit kacang tanah, jerami kedele, tongkol jagung, pucuk tebu dan lain-lain. Ditambah limbah agroindustri sebagai sumber energi yaitu polard (limbah gandum), dedak padi, tetes/molasses, onggok (limbah tapioca) dan lain-lain. Bahan-bahan sumber protein seperti bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil minyak biji kapuk/randu dan urea. Dilengkapi dengan bahan sumber mineral seperti garam dapur, zeolit, tepung tulang dan lain-lain.


Dalam menyusun formula pakan lengkap harus diperhitungkan nutrisi dari masing-masing bahan baku, serta kebutuhan nutrisi ternak. Komposisi nutrisi disesuaikan dengan kebuttuhan zat nutrisi ternak masing-masing misalnya komposisi nutrisi untuk ternak penggemukan akan berbeda dengan komposisi ternak pembibitan atau pembesaran.


Sebagai acuan dalam membuat/memformulasikan pakan lengkap untuk ternak ruminansia dapat dilihat komposisi pakan lengkap untuk pembibitan dan penggemukan yang dicantumkan pada table di atas.
    Faktor yang perlu diperhatikan dalam memformulasikan pakan lengkap yang dibuat dari limbah pertanian dan limbah agroindustri adalah imbangan antara kandungan serat kasar dan energi. Kontrol kualitas pakan yang paling terpercaya adalah uji biologis langsung ke ternaknya, namun untuk cepatnya dapat ditempuh dengan uji fisik dan kimiawi di laboratorium makanan ternak secara analisisi proksimat.
PROSESING

    Teknologi pengolah limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua limbah tersebut dengan metode prosesing yang terdiri dari :
  1. Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.
  2. Perlakuan pengeringan (dryng) dengan panas sinar matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air bahan.
  3. Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer horizontal) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut “Hammer Mill” dan terakhir proses pengemasan.

CARA PEMBUATAN
  1. Bahan-bahan sumber serat dipotong-potong dengan alat pemotong (chopper) berukuran kecil (0,2 – 0,4 cm), kemudian dikeringkan dengan menggunakan pemanasan (dryer) sampai dengan kadar air 10 – 12 %
  2. Bahan-bahan sumber serat dan sumber energi serta protein dicampur dalam alat pecampuran/mixer horizontal bersama dengan larutan tetes/molasses sampai merata.
  3. Seluruh bahan-bahan campuran tersebut selanjutnya digiling dengan menggunakan hammer mill dan ditambahkan dengan urea, garam dapur dan tepung tulang sampai ukuran partikelnya kecil dan tercampur secara merata. Apabila telah tercampur maka bahan-bahan tersebut dikemas ke dalam karung yang sudah disiapkan dengan ukuran berat sesuai dengan yang diinginkan.
Pembuatan pakan lengkap perlu dilakukan oleh suatu lembaga atau wadah kelompoktani yang selanjutnya mendistribusikan ke anggotanya.
Keunggulan pakan lengkap buatan kelompoktani diantaranya :
•    Harganya lebih murah dengan kuallitas standar karena menggunakan bahan baku lokal.
•    Mudah dalam distribusi karena jarak antara tempat prosesing dengan lokasi peternak lebih dekat.
•    Memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pakan komersial buatan pabrik skala industri besar, karena lebih efisien dalam biaya produksi dan biaya transportasi.
•    Merupakan embrio usaha di bidang agroinput di pedesaandenganb skala komersial yang asetnya dimiliki oleh masyarakat untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM).
1.    Optimasi pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk produksi pakan lengkap (complete feed) memerlukan dukungan informasi tentang potensi bahan baku lokal di tiap-tiap wilayah sehingga dapat diformulasikan komposisi pakan lengkap yang spesifik lokasi.
2.    Pengembangan pakan lengkap perlu diprioritaskan di daerah-daerah sentra produksi ternak potong dan pembibitan, khususnya pada agroekosistem lahan kering.
3.    Untuk mewujudkan usaha pembuatan pakan lengkap perlu diupayakan pengadaan alat dan mesin penngolahan limbah diantaranya mesin pemotong (chopper), alat pencampur (mixer) dan alat penghancur (hammer mill) sesuai dan tepat guna, murah serta terjangkau oleh kemampuan kelompoktani di pedesaan
Pakan yang baik untuk sapi adalah yang dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protein berfungsi untuk mengganti sel-sel yang telah rusak, membentuk sel-sel tubuh baru dan sumber energi. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi dan pembentukan lemak tubuh. Lemak berfungsi untuk pembawa vitamin A,D,E,K dan juga sebagai sumber energi. Pada sapi yang digemukkan secara setengah intensif ( kereman ) dan full intensif ( dry lot fattening ) lapisan lemak dapat menyelimuti serabut otot sehingga tekstur daging otot menjadi lembut ( kualitas terbaik ).Mineral diperlukan untuk pembentukan jaringan tulang dan urat serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan.. Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan.
Dalam hal ketersediaan pakan di pedesaan, jerami adalah sumber pakan yang paling banyak di jumpai, sehingga fokus kita adalah pada jerami tersebut. Akan tetapi jerami adalah sumber pakan yang berkualitas rendah, ini dapat dilihat kandungan yang terdapat didalamnya yaitu protein 4,5 – 5,5 % – lemak 1,4 – 1,7% – serat kasar 31,5 – 46,5 % – Daya cerna 30 % ( seandainya makan 10 kg jerami maka yang diserap hanya 3 kg lainnya menjadi kotoran ), bandingkan dengan rumput gajah dimana protein 8,4 –11,4 % – lemak 1,7 – 1,9 % – serat kasar 29,5 – 33 % – daya cerna 52 %, dari perbandingan tersebut terlihat bahwa jerami terlalu kasar dan sangat sulit dicerna disamping kandungan protein dan lemak yang sedikit. Untuk meningkatkan mutu dari jerami maka diperlukan perlakuan khusus, berikut beberapa cara untuk meningkatkan mutu jerami :
1. Jerami padi dicampur dengan urea + starbio Jerami yang akan dicampur harus ditimbang terlebih dulu.Jerami bisa dalam keadaan kering ataupun basah ( segar ). Untuk jerami kering, urea yang digunakan harus dilarutkan kedalam air terlebih dulu, setiap 100 kg jerami kering dibutuhkan 100 liter air sebagai pelarut urea.Sedang untuk jerami segar, urea tak perlu dilarutkan kedalam air.Bila jerami segar yang dipilih maka setiap 100 kg jerami di butuhkan 10 kg urea + 10 kg starbio untuk ditaburkan diatasnya( dengan kata lain 1 kg jerami dengan 1 ons urea + 1 ons starbio ).Cara mencampurnya yaitu jerami di buat berlapis-lapis, setiap lapisan tebalnya 10 cm, setelah lapisan pertama ditebarkan lalu di tumpuki lapisan kedua begitu seterusnya, kemudian tutup tumpukan tersebut dengan plastik agar terjadi fermentasi, hindarkan dari terik sinar matahari dan hujan. Tunggu 21 hari untuk diberikan hewan ternak. Pencampuran ini dimaksudkan untuk menghancurkan ikatan silika dan lignin pada selulosa jerami, sehingga mudah dicerna dan kaya akan nitrogen, tingkat daya cerna jerami dapat meningkat dari 30 % menjadi 52 %.
2. Jerami Padi kering dengan tetes. Jerami padi olahan ini dibuat dengan cara difermentasikan selama 24 jam, yaitu jerami dipotong-potong, kemudian dicampur air dan tetes dengan perbandingan 2 : 1. Untuk setiap 10 kg jerami kering dibutuhkan tetes 1,5 kg dan air 3 kg ( 3 liter ), ditambah super phospat 25 gram ( 1 sendok makan ) dan amonium sulfat 25 gram juga, tunggu 24 jam baru diberikan pada sapi.
3. Jerami padi kering dengan larutan NaOH
Olahan jerami padi kering dilakukan dengan cara jerami dicuci dengan NaOH. Jerami padi sebanyak 1 kg disiram secara merata dengan larutan NaOH 30 gram + air 1 liter, kemudian selelah disiram tunggu minimal 6 jam agar silika hancur. Menurut Ditjen peternakan bahwa seekor sapi bisa diberikan jerami olahan ini sebanyak 5 kg + hijauan segar 5 kg + 5 gr mineral campuran yang bisa dibeli di toko dan garam dapur dua sendok makan.
Setelah mengetahui tata cara peningkatan mutu jerami yang membuat kita tidak perlu mengarit kesana kemari , sekarang kita membahas pakan tambahan yang berfungsi sebagai pemercepat pertambahan bobot sapi. Pakan tambahan ini adalah syarat mutlak dalam penggemukan sapi secara intensif. Berikut beberapa sumber pakan tambahan yang dapat di jumpai di kebanyakan daerah, serta kandungan yang terdapat di dalamnya.
Tabel 1
Nama Pakan
Protein %
( dalam 100 kg )
Lemak %
( dalam 100 kg )
TDN *
( dalam 100 kg )
Bahan Kering
Dedak Halus
14 %
3,32 %
87,6 %
86 %
Dedak kasar
9,9 %
2,10 %
56,3 %
84 %
Tepung Jagung
9,38 %
5,6 %
81,84 %
84,98 %
Gamblong
2,83 %
0,676 %
77,25 %
35 %
Ampas tahu
25,4 %
5,4 %
76,6 %
10,8 %
Kacang Kedele
48 %
3, 65 %
84,3%
87 %
Tepung Ikan
54,3 %
2,86 %
68,8 %
89 %
* TDN singkatan dari Total Digestible Nutrient, adalah jumlah persentase zat-zat makanan yang dapat dicerna.Perhitungannya berdasarkan penjumlahan persentase dapat dicerna dari protein, serat kasar, BETN ( bahan ekstrak tiada nitrogen ), serta ekstrak eter dengan konstanta 2,5.
Untuk lebih lengkapnya lihat Lampiran – Halaman paling belakang
Perlu di ketahui bahwa sapi mempunyai kemampuan mengkonsumsi pakan berdasarkan bobot, semakin berat bobot maka semakin banyak kemampuan makannya, berikut perkiraan kemampuan sapi dalam mengkonsumsi pakan :
Tabel 2
Bobot
( kg )
Kemampuan Mengonsumsi Pakan
( % dari bobot badan )
100 – 150
3,5
150 – 200
4
200 – 250
3,5
250 – 300
3
300 – 350
2,8
350 – 400
2,6
400 – 450
2,4
450 – 500
2
Perkiraan diatas berdasarkan pakan dengan kandungan kering. Contoh perhitungan bila kita mempunyai sapi bakalan yang siap digemukkan berbobot 400 kg maka konsumsi bahan keringnya adalah 400 x 2,4 % = 9,6 kg, dari kebutuhan ini kita bagi menjadi dua bagian yaitu 40 % pakan tambahan dan 60 % jerami atau rumput gajah, perbandingan ini sangat pas untuk penggemukan secara intensif. Jadi untuk jerami di butuhkan 60 % x 9,6 = 5, 76 kg sisanya yaitu 3,84 kg berupa pakan tambahan seperti dedak, tepung jagung, gamblong atau yang lain tergantung yang mana yang mudah didapatkan didaerah masing-masing. Berikut 2 jenis makanan pokok ( makanan kasar ) yang merupakan sumber serat kasar bagi sapi yang umumnya di jumpai di daerah.
Tabel 3
Nama Pakan
Protein
Lemak
TDN
Bahan Kering
Jerami
4,5 %
1,4 %
30 %
86 %
Rumput Gajah
8,7 %
2,01 %
49,2 %
23,8 %
Jadi sekarang bisa kita hitung angka riil yang dibutuhkah sapi yang berbobot 400 kg tersebut di atas. Sudah didapat dari perhitungan bahwa jerami kering yang dibutuhkan adalah 5,76 kg berarti kalo kita mengambil jerami pada umumnya dengan bahan kering 86 % perhitungannya riil sebagai berikut :
5,76 kg x 100 / 86 = 6,7 kg dan bila pakan tambahan yang di berikan hanya dedak kasar maka didapat 3,84 x 100 / 84 = 4, 57 kg. Jadi jelas sekarang untuk sapi bobot 400 kg di butuhkan jerami sawah atau hasil olahan seberat 6,7 kg timbangan dan dedak 4,6 kg timbangan ( pembulatan ).
Penyusunan Pakan Tambahan Yang Lengkap
Pakan tambahan seyogyanya tidak dedak saja, melainkan kombinasi dari berbagai jenis, untuk itu sebelumnya kita ketahui terlebih dulu kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk penggemukan.Berikut tabel kebutuhan nutrisi sapi jantan dalam berbagai kelompok umur :
Tabel 4
Berat sapi
( KG )
% SERAT KASAR
% PROTEIN
% TDN
200
15
13
86
250
20
11,4
80
300
23
10,4
80
350
25
10
80
400
25
9,5
77
450
35
9
75
600
28
8
70
800
20
7
60
* berdasarkan berat kering.
Sekarang kita coba menyusun ransum makanan sapi dengan maksimal pertambahan berat badan yaitu 1 kg keatas berdasarkan tabel 1 – 4. Kita susun ransum sapi dengan bobot 400 kg. Telah disinggung pada halaman sebelumnya bahwa untuk penggemukan secara intensif komposisi hijauan ( makanan kasar / serat kasar ) dengan konsentrat sebagai pakan tambahan dengan perbandingan 60 % : 40 %. Sedang sumber makanan yang tersedia adalah sebagai berikut :
- Jerami (sebagai pengganti hijauan sumber serat kasar krn mudah didapat dan murah)


Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai sub pertanian di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya karena peternakan merupakan salah satu penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup.
Konsumsi masyarakat terhadap daging terus mengalami peningkatan dan kebutuhan ini dipenuhi selain dari produksi dalam negeri juga dari impor. Konsumsi daging di Ngawi terus meningkat pada lima tahun belakangan ini mulai dari tahun 2009 – 2014, berturut-turut sebesar 6.43, 6.6, 6.85, 7.05, 7.08 (kg/kapita/tahun). Salah satu jenis ternak sebagai produsen daging guna memenuhi protein hewani adalah kambing, oleh karena itu masyarakat banyak mengusahakan usaha ternak kambing. Usaha ternak kambing selain dikelola secara komersil untuk menghasilkan pendapatan bagi para peternak, usaha ini juga sering diusahakan sebagai usaha sampingan yang digunakan sebagai tabungan keluarga. Kec pitu merupakan salah satu daerah yang banyak mengusahakan ternak kambing. Salah satu kelurahan yang banyak memelihara kambing di kecamatan ini adalah Kelurahan Dumplengan. Di kelurahan ini, pemeliharaan kambing umumnya dilakukan secara modern, dengan pengelolaannya menggunakan pakan ternak yang di fermentasi. Dengan metode modern ini maka peternak  dapat meningkatkan jumlah produksi guna memenuhi kebutuhan kambing hidup.dengan menggunakan pakan yang di fermentasi ini mak peternak dapat menghemat waktunya untuk mencari pakan ternak, sebelum pakan ternak dulu di fermentasi peternak memerlukan waktu yang lama untuk mencari pakan ternak sehingga peternak tidak dapat bekerja secara maksimal dan tidak berani untuk memelihara ternak dengan skala besar karena untuk memberikan pakan ternak butuh waktu lebih dari 5 jam sehingga peternak hanya mampu mengelola kambing dengan skala kecil sehingga hasil yang di dapat kuranglah maksimal. Setelah peternak menggunakan pakan yang di fermentasi maka limbah yang dikira tidak manfaat sekarang di manfaatkan untuk pakan ternak contoh: jerami padi,debog pisang, kulit kacang tanah, dll setelah tau bahwa bahan yang dulu dianggap limbah dapat diolah menjadi pakan ternak sekarang peternak tidak repot - repot untuk mencari bahan pakanan ternak. Sehingga waktu yang digunakan sekarang relatif sedikit yaitu 30 menit sudah bisa untuk memelihara kambing dengan skala yang besar
2
 
Di sini bank konvensional menuntut mendapatkan untung yang fixed and predetermined tetapi menolak untuk menanggung resikonya (al ghunmu bi laa ghurmi againing return without being responsible for any risk).  Bank konvensional mengharapkan hasil usaha, tetapi tidak bersedia menanggung biayanya (al kharaj bi laa dhaman/gaining income without being responsible for any expenses). “Padahal prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip dasar dalam teori keuangan, yakni prinsip bahwa return selalu beriringan dengan resiko (return goes along with risk)”2.

2Ibid., hal. 43.
 
Di Indonesia maupun di Dunia Islam terdapat dua aliran pemikiran sehubungan dengan sistem keuangan dan perbankan. Aliran pertama berpendapat bahwa bahwa bunga bank tidak tergolong riba, karena yang disebut riba adalah pembungaan uang oleh mindering yang bunganya sangat tinggi sehingga disebut lintah darat. Tetapi aliran yang melahirkan ide bank Islam berpendapat bahwa bunga bank itu tetap riba. Akan tetapi keberadaan bank sebagai lembaga keuangan, tidak dilarang, bahkan diperlukan. Sehingga menjadi sebuah kewajaran, atau mungkin keharusan jika lembaga keuangan syariah yang muncul memberikan warna baru yang lebih menawarkan keadilan, baik kepada pemilik modal ataupun peminjam (pengusaha). Sebagai sebuah alternatif, bank (lembaga keuangan) syariah telah memformulasikan sistem interaksi kerja yang dapat menghindari aspek-aspek negatif dari sistem kerja bank konvensional, yaitu dengan menerapkan beberapa sistem, dimana harus “diciptakan bank (lembaga keuangan) syariah yang tidak bekerja atas dasar bunga melainkan atas sistem bagi hasil, antara lain yang dikenal dalam fiqh mu’amalah sebagai transaksi mudharabah atau qiradh”3.
3
 
Secara umum para fuqaha mendefinisikan mudharabah sebagai penyerahan sejumlah modal tertentu dari seorang sahib al mal (penyandang dana) kepada mudarib (pengusaha) agar uang tersebut dapat dikelola dan jika ada keuntungan dibagi secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan dan jika terjadi kerugian maka ditanggung uang modal itu oleh sahib al-mal dengan syarat-syarat tertentu. Nisbah keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak. Salah satu pihak tidak diperkenankan mengambil seluruh keuntungan tanpa membagi kepada pihak yang lain. Selain itu proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu berkontrak, dan proporsi tersebut harus dari keuntungan.
Dalam kajian hukum muamallah, “masalah akad (‘aqd) atau perjanjian menempati posisi sentral, karena ia merupakan cara paling penting yang digunakan untuk memperoleh suatu maksud, terutama yang berkenaan dengan harta atau manfaat sesuatu secara sah”4. Didalam akad atau perjanjian terdapat pernyataan atas suatu keinginan positif dari salah satu pihak yang terlibat dan diterima oleh pihak lainnya, yang menimbulkan akibat hukum pada obyek perjanjian. Kesepakatan atau akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum atau disebut dengan tasharruf. Definisi tasharruf adalah “segala sesuatu (perbuatan) yang bersumber dari kehendak seseorang dan syara’ menetapkan atasnya sejumlah akibat hukum (hak dan kewajiban)”5.
 


4
 
Suatu tindakan  dapat disebut sebagai akad atau perjanjian jika memenuhi beberapa rukun dan syarat. Rukun akad adalah unsur mutlak yang harus ada dan merupakan esensi dalam setiap akad. Jika salah satu rukun tidak ada secara syariah akad dipandang tidak pernah ada. Sedangkan syarat adalah suatu sifat yang mesti ada pada setiap rukun, tetapi bukan merupakan esensi akad.  BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh adalah salah satu BMT di Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, yang sebagaimana BMT pada umumnya berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Selama ini BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh dalam kaitannya dengan nasabah, telah melakukan dua kegiatan, yaitu menabung atau menitip dan meminjamkan dana (uang). BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh telah memberikan bantuan pembiayaan  dalam bentuk fasilitas pembiayaan mudharabah (bagi hasil), yang sedapat mungkin diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nasabahnya.
Dalam menjalin beberapa ketentuan transaksi antara BMT dan nasabah, sistem mudharabah telah mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan mekanisme kesepakatan (akad) pembiayaan mudharabah dan mekanisme pelaksanaan bagi hasil. Aturan mengenai hal itu tentu saja secara teoritis berkiblat pada perspektif literatur fiqh klasik muamallah tentang mudharabah yang kemudian direaktualisasikan oleh para praktisi dan akademisi perbankan syariah kontemporer. Karena dalam masyarakat banyak muncul asumsi bahwa BMT dan lembaga keuangan syariah lainnya sama saja dengan lembaga keuangan konvensional lainnya, maka penelitian ini dibuat guna mencari solusi alternatif bagi permasalahan tersebut, serta untuk mengetahui apakah para nasabah memahami konsep pembiayaan mudharabah baik dari segi pemahaman arti akad maupun sistem nisbah bagi hasilnya, sekaligus dalam rangka membangun sistem transaksi ekonomi yang Islami (berkeadilan) dalam sebuah lembaga keuangan.
5
 
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Pengaruh Modal Bagi Hasil Terhadap Minat Masyarakat Dalam Memilih Simpanan Pada BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh Kecamatan Paron.
1.2 Perumusan Masalah
1.   Apakah ada modal bagi hasil terhadap minat masyarakat dalam memilih simpanan pada BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh Kecamatan Paron ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.   Untuk mengetahui tentang modal bagi hasil terhadap minat masyarakat dalam memilih simpanan pada BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh Kecamatan Paron.
2.   Untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Soerjo Ngawi.
1.4 Manfaat
1.   Bagi BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh Kecamatan Paron.
6
 
a.   Sebagai masukan bagi BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh Kecamatan Paron tentang minat masyarakat dalam memilih simpanan terhadap pengaruh modal bagi hasil.
b.   Sebagai bahan masukan untuk evaluasi terhadap simpanan dan modal bagi hasil yang diberikan oleh BMT Ikatan Persaudaraan Migran Hongkong (IPMH) Halaqoh Kecamatan Paron kepada nasabahnya.
2.   Bagi Peneliti
            Peneliti dapat mengaplikasikan dan membagikan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya di kampus untuk dapat diterapkan dalam masyarakat.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar