UNDANG-UNDANG
DAN JANJI HW
UNDANG-UNDANG PANDU HW :
Satu ;
Pandu hizbul wathan itu selamanya dapat dipercaya
Dua ; Pandu hizbul wathan itu setiawan
Tiga ; Pandu hizbul wathan itu siap menolong dan wajib berjasa
Empat ; Pandu hizbul wathan itu suka perdamaian dan persaudaraan
Lima ; Pandu hizbul wathan itu mengerti adat, sopan santun dan perwira
Enam ; Pandu hizbul wathan itu menyayangi kepada semua makhluk
Tujuh ; Pandu hizbul wathan itu melaksanakan perintah tanpa membantah
Delapan ; Pandu hizbul wathan itu sabar dan pemaaf
Sembilan; Pandu hizbul wathan itu hemat, cermat dan bermuka manis
Sepuluh ; Pandu hizbul wathan itu suci hati, pikiran, perkataan dan perbuatan
Dua ; Pandu hizbul wathan itu setiawan
Tiga ; Pandu hizbul wathan itu siap menolong dan wajib berjasa
Empat ; Pandu hizbul wathan itu suka perdamaian dan persaudaraan
Lima ; Pandu hizbul wathan itu mengerti adat, sopan santun dan perwira
Enam ; Pandu hizbul wathan itu menyayangi kepada semua makhluk
Tujuh ; Pandu hizbul wathan itu melaksanakan perintah tanpa membantah
Delapan ; Pandu hizbul wathan itu sabar dan pemaaf
Sembilan; Pandu hizbul wathan itu hemat, cermat dan bermuka manis
Sepuluh ; Pandu hizbul wathan itu suci hati, pikiran, perkataan dan perbuatan
JANJI PANDU HIZBUL WATHAN :
Mengingat
harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh :
1.
Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-Undang, dan Tanah Air.
2.
Menolong siapa saja semampu saya.
3.
Setia menepati Undang-Undang Pandu HW
Loading...
HlZBUL WATHAN
MELACAK JEJAK SEJARAH
Bermula dari perjalanan dakwah yangdilakukan Kiai Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun 1920, berdirinya Hizbut Wathan merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk membina anak- anak muda dalam keagamaan dan pendidikan mereka. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, Kiai Dahlan melihat anak-anak muda berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang menarik. Mereka kelihatan tegap dan disiplin. Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit beberapa guru Muhammadiyah untuk membahas metodologi baru dalam pembinaan anak-anak muda Muhammadiyah, baik di sekolah-sekolahmaupun di masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa alangkah baiknya kalau Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya agar memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada Allah.Metode padvinder diambil sebagai metode pendidikan anak muda Muhammadiyah di luar sekolah. Hal ini sangat bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah, yang semuanya merupakan tindakan strategis yang sangat erat dengan masa depan Islam, pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan penyebaran gagasan-gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.Gagasan Kiai A. Dahlan tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan oleh beberapa orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder Muhammadiyah yang terbentuk pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat juga Almanak 1357 H: 226-227) yang diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun 1919.Aktivitas-aktivitas kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai. Syarbini, seorang bekas anggota militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan berolahraga setiap hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan. Kian hari kian bertambah pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga banyak para pemuda Kauman yang ikut berlatih. Yang sangat menarik perhatian masyarakat ialah adanya barisan Padvinder Muhammadiyah yang tegap, disiplin, dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi masyarakat saat itu.Semboyan Hizbut Wathan pada waktu itu ialah setia kepada util amri; sungguh berhajat akan menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak akan membesarkan diri; boleh dipercaya; bermuka manis; hemat dan cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani, tahan, serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan menolong dan rajin akankewajiban; menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak Muham-madiyah, 1924: 50). Dari semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat diketahui semangat, cita-cita dan karakter yangakan itanamkan pada setiap anggota pandu Hizbut Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi Undang- Undang Hizbul Wathan, dan selalu diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga meresap dalam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan, yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan kepribadian setiap anggota pandu Hizbut Wathan.Pada perkembangan selanjutnya, Hizbul Wathan banyak mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat umum dan kepanduan lain. Di Solo, Hizbut Wathan mendapat tanggapan hangat dari Javaannsche Padvinder Organisatie. H izbut Wathan juga banyak terlibat dalam berbagai aktivitas di masyarakat umum, sehingga Hizbut Wathan akhirnya cepat dikenal di tengah masyarakat.Dalam berbagai moment, seperti penghormatan atas pengiringan Sultan Hamengkubuwono Vll yang pindah dari Keraton ke Amburukmo, Hizbut Wathan banyak mengambil peran dalam prosesi tersebut. Dalam setiap kongres yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisiyah, Hizbut Wathan selalu siap untuk membantu menyelenggarakan, menjaga keamanan, menyemarakkan dengan barisan tambur dan terompetnya. Demikian pula di setiap hari besar Islam dan hari besar nasional, Hizbut Wathan selalu tampil dalam barisan 'elite' yang dengan gagah dan tegap berada di tengah-tengah barisan organisasi kemasyarakatan yang lain. Juga, tidak jarang Hizbut Wathan tampil dalam berbagai upacara jumenengan Sri Sultan Hamengkubuono Vill. Di situ Hizbut Wathan tampil dengan barisan tambur dan terompetnya yang dipimpin langsung oleh KHA.Dahlan.Hizbut Wathan juga sering tampil senciri dengan acara dan kegiatan yang menarik dan menjadi perhatian masyarakat. Pada giliranya banyak warga masyarakat, khususnya anak-anak dan generasi mudanya tertarik untuk menjadi anggota Hizbul Wathan. Tidak sedikit dengan golongan yang dulu tidak senang dengan Muhammadiyah tertari kepada Hizbut Wathan-nya, bahkan dari kalangan kaum'abangan' pun tidak sedikit yang memasukan anak-anaknya kedalam pandu Hizbut Wathan.Pesatnya kemajuan Hizbut Wathan rupanya mendapat perhatian pihak NIPV, yaitu perkumpulan padvinder Hindia Belanda yang merupakan cabang dari padvinderij di negeri Belanda (NPV). Pada saat itu, gerakan padvinderij Hindia Belanda (Indonesia) yang dapat pengakuan internasional adalah yang bergabung dalam NIPV tersebut yang merupakan perwakilan NPV. Pimpinan NIPV datang ke Yogyakarta untuk mengajak Hizbut Wathan bergabung ke dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Comissaris NIPVReneff) tiada hentinya untuk mengajak Hizbut Wathan menjadi anggota NIPV, sehingga ketika Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, mereka mengambil inisiatif mengikuti Hizbut Wathan dalam Kongres Muhammadiyah dari awal sampai akhir. Pertemuan dilanjutkan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV untuk mengajak Hizbut Wathan masuk kedalam organisasi NIPV, tetapi Hizbul Wathan tetap ingin mempertahankan kedaulatannya, tidak mau menerima tawaran dari Reneff (wakil NIPV) tersebut, arena Hizbul Wathan mempunyai prinsip-prinsip tersendiri.Kepanduan HW dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda muhammadiyah yang berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh. Banyak anak- anak muda yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan. Mereka merasakan banyak mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan. Tidak sedikit pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang yang percaya diri dan memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak utama, luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi warga masyarakat yang berguna.Kepanduan Hizbut Wathan melahirkan orang- orang yang kemudian tidak hanya menjadi tokoh Muhammadiyah, tetapi juga menjadi tokoh nasional, seperti Soedirman (Panglima Besar TNI/Bapak TNI), Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR), Soeharto (mantan Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung (mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain.Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari peranan HW yang selalu menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah berdiri di suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW. Oleh karena itu, dari HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri, dan disiplin, serta mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbut Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik generasi muda menjadi generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan metalui perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul Wathan.Perjalanan Hizbut Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960 bahwa seluruh organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka. Dengan demikian, perjalanan sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti. Geliat untuk bangkit kembali muncul setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan Hizbut Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah.PRINSIP DASAR ORGANISASIKepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan.Pencapaian maksud dan tujuan HW dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:1.Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra ataupun putri menurut ajaran Islam.2.Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.3.Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat beragama, berorganisasi, cerdas dan trampil.4.Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan.5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.6.Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pimpinan dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah.7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.8.Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
STRUKTUR ORGANISASI
HlZBUL WATHAN
Susunan
organisasi Hizbut Wathan dibuat secara berjenjang dari tingkat
Kwartir Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang.
Kwartir Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional.
Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir-kwartir daerah dalam satu propinsi.
Kwartir Daerah/Kota adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang dalam satu
daerah/kota. Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan (tempat
pelatihan).
LAMBANG PANDU
HIZBUL WATHAN
Lambang HW adalah sinar
matahari dengan logo HW dan kuncup melati. Sinarnya sebanyak 12 dengan logo HW.
Melambangkan bahwa HW sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang artinya bahwa
setiap anggota HW mampu memancarkan cahaya pribadi pada masyarakat, bangsa dan
Negara. Sedangkan kuncup melati melambangkan kecintaan dan keharuman yaitu
mencerminkan kepribadian pemuda Muhammadiyah sebagai pemuda Muhammadiyah.
SEMBOYAN HIZBUL WATHAN
“FASTABIQUL KHAIRAT” artinya berlomba – lomba dalam kebajikan.
STATUS
STATUS
1.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berstatus Organisasi otonom dari Perserikatan
Muhammadiyah (SK PP Muhammadiyah Nomor : 92/SK-PP/VI-B/I.b/1999 tertanggal 10
Sya'ban 1420 H/ 18 Nopember 1999 M)
2.Sebagai organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sah menurut hukum
2.Sebagai organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sah menurut hukum
AZAS
Pengamalan
yang bernuansa Islami, diwujudkan dalam sikap dan perilaku setiap anggota
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
PERSEPSI
- Kepanduan Hizbul Wathan adalah suatu sistem pendidikan kepanduan dan pembinaan watak bagi remaja putra dan putri Muhammadiyah di luar lingkungan keluarga dan diluar lingkungan sekolah
- Kepanduan Hizbul Wathan sebagai lembaga pendidikan luar lingkungan sekolah dan luar lingkungan keluarga berfungsi sebagai wahana pembinaan dan pengembangan putra putri Muhammadiyah dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepanduan dalam perwujudan ciri dan Jatidiri Hizbul Wathan, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia
VISI DAN MISI HIZBUL WATHAN
Visi
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan mempunyai visi mewujudkan anak, remaja, pemuda yang berkualitas di lingkungan umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah yang selalu dibutuhkan, dihormati dan dicintai anak didik, orang tua/keluarga masyarakat
MISI
Misi kepanduan adalah mempersiapkan kader bangsa dan kader Muhammadiyah yang :
1. Memiliki kepribadian dan kepemimpinan Islami
2. Berdisiplin yaitu : berpikir, bersikap dan bertingkah laku tertib
3. Sehat dan kuat mental, moral dan fisiknya
4. Berkemampuan untuk bekarya dengan semangat kemandirian, berfikir kreatif, inovaatif, dapat dipercaya, berani dan mampu menghadapi berbagai macam tugas
5. Memiliki integritas tinggi, dan percaya pada diri sendiri
1. Hw member salam dengan
tangan kanan. Apabila anggota HW membawa tongkat maka tongkat di pindah ke
tangan kiri.
2. Bila pandu HW sedang
membawa barang dengan kedua tangan / sedang mengemudi maka salam diberikan
dengan melihat ke arah yang di hormati dengan senyum dan anggukan sedikit.
3. Jika bertemu dengan
sesama pandu HW dengan cara berjabat tangan dengan mungucap “ assalammualaikum”
4. Salam HW juga diberikan
kepada:
a. Teman – teman HW
b. Pemimpin HW
c. Pemimpin
Muhammadiyah
d. Pejabat Negara
e. Jenasah
PAKAIAN SERAGAM
Pengertian
Pakaian seragam adalah pakaian yang dipakai oleh semua anggota Pandu HW yang bentuk, corak, warna, dan tata cara pemakaiannya seragam sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Fungsi Pakaian Seragam
- Memperkuat identitas
- Sebagai pemersatu visi
- Membangun jiwa korsa
- Mengandung daya tarik
- Memotivasi pengendalian disiplin
- Menjalin kebersamaan
- Mencerminkan kerapian
- Menjadi Kenang-kenangan.
Kriteria Pakaian Seragam
Memiliki estetika
Menarik untuk mayoritas anggota
Cocok untuk kegiatan di lapangan maupun ruangan
Pengadaannya mudah
Sederhana tetapi praktis
Paduan warna mengandung makna
Memenuhi norma agama dan masyarakat
Mencirikan jati diri organisasi, dan tidak atau belum digunakan oleh organisasi lain.
Seragam Utama dan Tambahan
Seragam Utama
Tutup kepala
Setangan leher
Kemeja / hem
Celana / rok
Kaos kaki
Sepatu
Ikat pinggang
Setangan leher
Kemeja / hem
Celana / rok
Kaos kaki
Sepatu
Ikat pinggang
Seragam Tambahan
Celana pendek (pria)
T. Shirt
T. Shirt
ATRIBUT
Pengertian
Atribut adalah tanda-tanda yang dikenakan/dipakai oleh anggota
Pandu HW untuk menunjukkan jabatan, jenjang, tingkat kecakapan, satuan, dan
daerah.
Fungsi Atribut
Memudahkan mengenal identitas
Menandakan status dan posisi
Menunjukkan prestasi kerja
Menimbulkan kebanggaan
Manandakan tingkatan
Memupuk rasa tanggung jawab
Menjadi kenang-kenangan
Kriteria Atribut
Memenuhi estetika
Anggun dan menunjang wibawa
Sederhana, mudah diabuat, dan murah
Simbol-simbolnya bermakna
Belum dimiliki organisasi lain
Atribut Utama dan Tambahan
Atribut Utama
Tanda identitas Pandu HW
Tanda satuan
Tanda kepangkatan
Tanda tingkat
Tanda kwartir dan qabilah
Atribut Tambahan
Nama Pandu HW
Tanda kenang-kenangan pertemuan
Lain-lain sesuai / tidak bertentangan
SEJARAH SINGKAT PANDU HW
SEJARAH SINGKAT PANDU HIZBUL WATHAN
DETIK DETIK LAHIRNYA HW
Pada suatu hari (Ahad) KH. Ahmad Dahlan memanggil beberapa guru Muhammadiyah : Bp. Somodirdjo (Mantri Guru Standart School Suronatan), Bp. Syarbini dari sekolah Muhammadiyah Bausasran dan seorang lagi dari Sekolah Muhammadiyah Kota Gede.
KH. Ahmad Dahlan berkata kira-kira demikian :
“Saya tadi pagi di Solo sepulang dari Tabligh sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun Surakarta melihat anak-anak baris-berbaris, sebagian bermain-main, semuanya berpakaian seragam, baik sekali! Apa itu??”.
Bp. Somodirjo menjelaskan bahwa itu adalah Pandu Mangkunegaran yang namanya JPO (Javaanche Padvinderij Organisatie) ialah suatu gerakan pendidikan anak-anak diluar sekolah dan rumah.
Mendengar keterangan tersebut KH. Ahmad Dahlan menyambut :
“Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk leladi menghamba kepada Allah, selanjutnya beliau mengharap kepada para guru untuk mencontoh gerakan pendidikan itu”.
Bp. Somodirdjo dan Bp. Syarbini mempelopori mengadakan persiapan – persiapan akan mengadakan gerakan pendidikan untuk anak-anak diluar sekolah dan rumah. Mula-mula yang digerakkan untuk latihan adalah para guru-guru sendiri dulu. Pendaftaran dimulai dan latihan pun diadakan di SD Muhammadiyah Suronatan tiap Ahad Sore. Latihan meliputi baris-berbaris, bermain tambur dan olahraga, kemudian ditambah dengan PPPK dan kerohanian. Bp. Syarbini adalah seorang pemuda yang pernah mendapat pendidikan kemiliteran melatih baris-berbaris. Banyak pemuda yang tertarik sehingga pengikut latihan semakin banyak. Akhirnya diadakan penggolongan yakni golongan dewasa dan anak-anak.
PADVINDER MUHAMMADIYAH
Tahun 1918 adalah saat Gerakan Hizbul wathan melangkahkan langkahnya yang pertama dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Nama tersebut semakin populer. Untuk pengawasan Gerakan padvinder Muhammadiyah ini diserahkan kepada Muhammadiyah bagian sekolahan. Oleh Muhammadiyah bagian sekolahan tersebut dibentuklah pengurus sebagai berikut :
Ketua : H. Muchtar
Wakil Ketua : H. Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abdul Hamid
Organisasi : Siradj Dahlan
Komando : Sjarbini dan Damiri
Untuk memajukan gerakan tersebut, direncanakan akan mengadakan studi ke JPO Solo. Agar kunjungan ke JPO Solo tersebut meriah, bagian sekolahan mengusahakan uniform, kemeja drill kuning dan kemeja drill biru, sedang untuk setangan leher untuk mudahnya menggunakan kacu yang banyak dijual ialah kacu merah berbintik hitam.
Kedatangan Padvinder Muhammadiyah menggemparkan kota Solo. Di lapangan mangkunegaran diadakan demonstrasi-demonstrasi dan macam-macam permainan sebagai perkenalan. Padvinder Muhammadiyah mendapat pelajaran yang sangat berharga dalam kunjungan ke JPO Solo.
NAMA HIZBUL WATHAN
Sepulang dari kunjungan ke JPO Solo tersebut dibicarakan nama dari Padvinder Muhammadiyah. Di rumah Bp. H. Hilal Kauman, RH. Hadjid mengajukan nama yang dianggap cocok pada waktu itu yaitu HIZBUL WATHAN, yang berarti Pembela Tanah Air. Hal ini mengingat adanya pergolakan-pergolakan di luar negeri maupun di dalam negeri yaitu masa berjuang melawan penjajah Belanda.
Nama HIZBUL WATHAN sendiri berasal dari nama kesatuan tentara Mesir yang sedang berperang membela tanah airnya. Dengan kata sepakat nama HIZBUL WATHAN dipakai mengganti nama “Padvinder Muhammadiyah“ tahun 1920.
Kejadian itu bertepatan dengan peristiwa akan turunnya dari tahta Paduka Sri Sultan VII di Yogyakarta. Untuk turut menghormat dan akan ikut mengiringkan pindahnya Sri Sultan VII dari keraton ke Ambarukmo, diadakan persiapan-persiapan dam latihan. Pada tanggal 30 Januari 1921 barisan HW keluar turut mengiringkan Sri Sultan VII pindah dari keraton ke Ambarukmo. Keluarga HW mendapat penuh perhatian dari khalayak ramai. Dari saat itulah HW terkenal pada umum. Hal ini ditambah lagi sesudah beberapa hari kemudian HW berbaris dalam perayaan penobatan Sri Sultan VIII. Perayaan diadakan di alun-alun utara Yogyakarta. HW turut pula dengan mengadakan demonstrasi dimuka panggung dimana Sri Sultan VIII dengan para tamu menyaksikannya.
HW telah menjadi buah bibir masyarakat. Demikianlah uniform HW mulai dikenal masyarakat. Maka tidak heranlah, kalau kadang-kadang kalau ada anak Belanda atau Cina berpakaian Padvinder (NIPV) dikatakan : “Lho, itu ada HW Landa, Lho itu ada HW Cina”, yang sebetulnya yang dimaksud adalah Padvinder NIPV, bahkan setiap ada anak berpakaian pandu selalu dikatakan Pandu HW.
Pada tanggal 13 Maret 1921 KH. Fachrudin menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya yang diantar oleh barisan Pandu HW dan Warga Muhammadiyah sampai Stasiun Tugu Yogyakarta. KH. Fachrudin sempat berpesan didepan anggota-anggota HW dengan menanamkan anti penjajah pada anak HW :
“Tongkat-tongkat yang kamu panggul itu pada suatu ketika nanti akan menjadi senapan dan bedil”
Pesan KH. Fachrudin itu ternyata benar, karena beberapa tahun kemudian banyak anggota HW yang memegang senjata pada Zaman Jepang dengan memasuki barisan PETA (Pembela Tanah Air) seperti : Suharto (Presiden), Sudirman (Panglima Besar TNI), Mulyadi Joyomartono, Kasman Singodimejo, Yunus Anis, dll.
Pesatnya kemajuan HW rupaya mendapat perhatian dari NIPV (perkumpulan kepanduan Hindia belanda sebagai cabang dari kepanduan di Negeri Belanda(NPV)). Pada waktu itu gerakan kepanduan yang mendapat pengakuan dari Internasional hanyalah yang bergabung dalam NIPV tersebut.
HW MENOLAK BERGABUNG DENGAN NIPV
M. Ranelf seorang pemimpin dari NIPV dan yang memegang perwakilan NPV telah datang di Yogyakarta menemui pimpinan HW, mengajak supaya HW masuk ke dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Ranelf selaku komisaris NIPV tiada hentinya untuk menarik HW menjadi anggota NIPV sehingga ketika Konggres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, ia mengikuti Konggres Muhammadiyah dari awal sampai dengan selesai.
Selanjutnya diadakan pertemuan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV, mengajak HW masuk kedalam organisasi NIPV. HW mempunyai prinsip-prinsip yang sukar diterima oleh Padvinder. Adapun HW jika dikatakan itu bukan Padvinder, bagi HW tidak keberatan. HW adalah Hizbul Wathan, mau dikatakan itu padvinder atau bukan terserah yang mau mengatakannya.
KH. Fachrudin mengetahui bahwa NIPV merupakan kepanduan yang bersifat ke Belanda an dan merupakan alat dari penjajah Belanda, sehingga ajakan tersebut ditolak HW. Alasan HW menolak ajakan tersebut karena HW sudah mempunyai dasar sendiri yaitu Islam, dan HW sudah mempunyai induk sendiri yaitu Muhammadiyah. Sesuai dengan induknya HW bersemangat anti penjajah, HW tidak dapat diatur menurut aturan NIPV.
HW PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
Pada permulaan jaman Jepang HW masih nampak kegiatannya, bahkan ikut pawai yang diadakan oleh Jepang dalam rangka merayakan UlangTahun Tenno Heika, sedangkan yang memimpin pawai tersebut Bp. Haiban Hadjid. HW terpilih untuk ikut serta dalam pawai tersebut karena HW dalam baris-berbaris terkenal bagus dibandingkan dengan kepanduan lainnya. Oleh karena itu pandu-pandu dari organisasi lain memberi identitas HW sebagai PANDU MILITER.
Kepanduan pada permulaan perndudukan Jepang namapknya akan mendapat kesempatan hidup terus. Namun tidak lama kemudiansecara terang-terangan Jepang melarang berdirinya organisasi-organisasi kepanduan serta pergerakan lainnya.
Sehingga semua pandu-pandu di Indonesia tidak aktif dari kegiatannya.
PADA MASA KEMERDEKAAN
Sesudah proklamasi kemerdekaan timbullah keinginan untuk menghidupkan kembali organisasi kepanduan Indonesia. Sedang bentuk dan sifatnya harus sesuai dengan keadaan, yakni suatu organisasi kepanduan yang bersatu meliputi seluruh Indonesia dan tidak terpecah belah.
Pada akhir bulan September 1945 di Balai Mataram Yogyakarta berkumpullah beberapa orang pemimpin pandu. Dari HW hadir Bp. M. Mawardi dan Bp. Haiban Hadjid.
Pada tanggal 27 – 29 Desember 1945 diadakan konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia yang hadir lebih kurang 300 orang. Termasuk utusan dari HW. Dalam konggres ini dengan suara bulat diputuskan membentuk PANDU RAKYAT INDONESIA.
Anggota pengurus Kwartir Besar Pandu Rakyat Indonesia antara lain : Dr. Mawardi (KBI), Hertog (KBI), Abdul Ghani (HW), Jumadi (HW).
Tahun 1948 terjadilah aksi polisionil ke 2, Belanda menduduki Yogyakarta, Ibu Kota RI.
Konggres pandu Rakyat kedua diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 20 sampai dengan 22 Januari 1950. Keputusan-keputusan yang dihasilakn dalam konggres Pandu Rakyat Indonesia yaitu antara lain menerima konsepsi baru yang memberi kesempatan kepada bekas pemimpin pandu untuk menghidupkan kembali organisasinya masing-masing.
AMANAT PANGSAR JENDERAL SUDIRMAN
Pada hari Ahad Legi 19 Desember 1948 Belanda menyerbu dan menduduki Ibu Kota RI Yogyakarta dan menangkap Presiden dan Wakil Presiden serta beberapa pemimpin Indonesia lainnya, tetapi bukan berarti RI telah jatuh. Pangsar Jenderal Sudirman (Pandu HW) meskipun dalam keadaan sakit beliau pantang menyerah, keluar kota untuk memimpin perang gerilya.
Pada tanggal 29 Juni 1948 Belanda meninggalkan Yogyakarta dan masuklah tentara RI ke Yogyakarta, yang kemudian terkenal dengan Yogya Kembali. Pangsar Jenderal Sudirman masih dalam keadaan dan dirawat di RS Magelang.
M. Mawardi dan beberapa orang wakil dari Muhammadiyah menengok di RS Magelang. Pada saat itu Jenderal Sudirman mengamanatkan kepada Mawardi selaku Wakil Muhammadiyah agar Kepanduan Hizbul Wathan yang merupakan tempat pendidikan untuk CINTA TANAH AIR didirikan lagi. Di samping itu juga untuk melanjutkan tujuan semula pendirian HW yaitu : sebagai kader Muhammadiyah dalam penyebaran agama Islam. Dikatakan bahwa HW merupakan tempat yang baik untuk mendidik anak-anak Muhammadiyah agar kelak menjadi seorang pejuang yang cinta tanh air dan sekaligus taat pada agama. Oleh karena itu dianjurkan pada warga Muhammadiyah agar jangan ragu-ragu lagi untuk mendidik putra-putrinya melalui Kepanduan HW.
APEL PERESMIAN BERDIRINYA KEMBALI HW
Untuk melaksanakan amanat Pangsar Jendral Sudirman pada sore hari tanggal 29 Januari 1950 secara simbolis HW mengadakan apel yang dipimpin oleh Bp. Haiban Hadjid untuk meresmikan berdirinya kembali kepanduan Hizbul Wathan, dan pada malam harinya Pangsar TNI Jenderal Sudirman wafat. Oleh karenanya pada waktu itu ada semboyan :
“HW BANGKIT UNTUK MELANJUTKAN KEPEMIMPINAN JENDERAL SUDRIMAN”
Setelah HW resmi berdiri lagi banyaklah anggota Pandu Rakyat yang dulu juga pandu HW masuk kembali ke dalam Hizbul Wathan.
MAJELIS HW
Kepanduan Hizbul Wathan yang merupakan organisasi bagian Muhammadiyah dalam struktur organisasinya tidak dapat dipisahkan dari Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis HW disingkat dengan Majelis HW adalah suatu badan pembantu Pimpinan Muhammadiyah yang diserahi tugas melaksanakan Pimpinan, usaha Muhammadiyah dalam bidang Ke HW an. Majelis HW adalah sebagai Kwartir Besar HW dan mempunyai Pimpinan langsung ke bawah tingkat daerah, cabang. Anggota Majelis HW terdiri dari anggota Muhammadiyah yang mempunyai keahlian tentang HW. Mereka ditetapkan dan diberhentikan oleh PP Muhammadiyah.
MAJELIS HW TAHUN 1961
Ketua : MH. Mawardi
Wk/Kb Umum : R. Haiban Hadjid
KB Bag. Lab : HAG Dwidjosuparto
KB Penghela : R. Subiso Sastrowarsito
KB Pengenal : H. Suroso
KB Athfal : Donowardoyo
KB Bag. Latihan : Otong Muchsin
KB Perw. Jakarta : KH. Mansur
Anggota : R. Dawam Marzuki
Bendahara : Hirmas
Sekretaris I : H. Amien Luthfie
Sekretaris II : Achmad Sumitro, BSc
Sekretaris III : Rofiq JA
Tapi, sungguh sayang pada tanggal 9 Maret 1961, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomer : 238/ 61, Kepanduan Hizbul Wathan dan kepanduan lainnya dilebur ke dalam Pramuka.
Setelah tertidur lama, pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M. Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Surat Keputusan No : 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 M. Dan dipertegas dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 10/KEP/I.O/B/2003 M. Dan Kepanduan Hizbul Wathan menjadi Organisasi Otonom Muhammadiyah.
Jatidiri Kepanduan Hisbul Wathan
A. Identitas Kepanduan Hizbul Wathan
• Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan anak, remaja dan pemuda, di luar lingkungan keluarga dan sekolah, dalam membentuk warga masyarakat islami yang berguna dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan.
• Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengkhususkan pendidikan anak, remaja dan pemuda menjadi warga masyarakat yang mandiiri dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan yang islami.
B. Sifat Kepanduan Hizbul Wathan (HW)
Kepanduan HW mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
• Terbuka, artinya dapat meneima siapa saja yang memenuhi syarat menjadi anggota.
• Sukarela, artinya tidak ada paksaan atau perintah untuk menjadi anggota.
• Nasional, artinya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam rangka mencerfdaskan bangsa.
• Islami, sebagai salah satu dari organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengemban misi dan visi persyarikatan.
C. Ciri khas Kepanduan Hizbul Wathan
Ciri khas Kepanduan HW, ditandai dari prinsip dasar dan metode pendidikan:
1. Prinsip Dasar yang harus dipatuhi adalah:
• Pengamalan akidah islamiyah.
• Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam.
• Pengamalan Kode Kehormatan Pandu.
• Pendidikan di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
• Satuan dan kegiatan terpisah antara putera dan puteri.
• Tidak terkait dan berorientasi kepada partai politik atau golongan tertentu.
2. Metode Pendidikan yang diterapkan adalah:
• Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
• Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang.
• Pemberdayaan anak didik dengan penerapan sistem beregu.
• Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
D. Kode Kehormatan Pandu
Kode kehormatan pandu terdiri dari Janji Pandu dan Undang undang Pandu; yang masing-masing dibedakan antara pandu Athfal dan pandu Pengenal/Penghela/Penuntun.
1. Janji Pandu
• Janji Pandu Athfal
• Janji Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun
2. Undang-undang
• Undang-undang Pandu Athfal
• Undang-undang Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun
E. Lambang dan Simbol Kepanduan Hizbul Wathan
• Lambang Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah lingkaran matahari bersinar 12 dengan inisial HW di tengahnya.
• Simbol Gerakan Hizbul Wathan adalah sekuntum bunga melati yang dibawahnya ada pita bertuliskan Fastabiqul Khairat dalam huruf Arab, bermakna berlomba-lomba dalam kebajikan.
• Sinar Matahari sebanyak dua belas yang di dalamnya terdapat inisial HW bermakna bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan negara.
• Kuncup melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima helai bermakna rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam helai (tampak tiga) bermakna rukun Iman, dan dua helai daun bermakna dua kalimat syahadat.
F. Bendera Kepanduan Hizbul Wathan
• Bendera resmi Gerakan Kepanduan HW berbentuk kain empat persegi panjang, lebar dan panjang bendera berbanding dua dan tiga. Di dalamnya terdapat enam strip berwarna hijau dan lima strip berwarna kuning. Di sudut sebelah kiri atas terdapat lambang HW, berwarna putih di atas persegi panjang warna hijau dengan ukuran lebar sepertiga lebar bendera dan ukuran panjang sepertiga panjang bendera.
• Strip hijau berjumlah enam bermakna rukun Iman dan strip kuning berjumlah lima bermakna rukun Islam.
• Ukuran bendera resmi sama untuk seluruh tingkat dan satuan, yaitu 90 cm x 135 cm.
• Bendera Suku Penghela, Pasukan Pengenal dan Rumpun Athfal, serta bendera Regu Pengenal dan Kuntum Athfal disesuaikan dengan ciri khas dan kebanggaan masing-masing. Ketentuan lebih rinci dijelaskan dalam Surat Ketetapan dari Kwartir Pusat dan dalam Buku Peraturan Dasar.
G. Pakaian Seragam Pandu Hizbul Wathan
1. Pengertian Pakaian seragam
Pakaian seragam adalah pakaian resmi pandu HW yang dikenakan oleh setiap anggotanya sebagai salah satu identitas organisasi dengan fungsi, criteria dan tata cara pemakaian tertentu.
2. Fungsi pakaian seragam pandu HW adalah:
• Sebagai identitas
• Sebagai penguat jiwa korsa
• Sebagai daya tarik
• Sebagai motivasi pengendalian disiplin
• Sebagai jalinan kebersamaan
• Sebagai cerminan kerapihan
• Sebagai barang kenang-kenangan
3. Kriteria Pakaian Seragam
• Memiliki estetika (seni dan keindahan)
• Menarik untuk mayoritas peserta didik dan anggota.
• Cocok dan mendukung kegiatan di lapangan.
• Sederhana tapi anggun, praktis dan mudah pengadaannya
• Paduan warna harmonis dan mengandung makna.
• Memenuhi norma masyarakat dan agama
• Mencirikan jati diri organisasi dan belum digunakan oleh organisasi lain.
4. Tata Tertib Pakaian Seragam HW
Pemakaian seragam baku pada saat yg ditentukan harus utuh selengkapnya. Cara pemakaiannya harus tertib sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Saat pemakaian seragam ditentukan sbb.:
• Upacara resmi dan pertemuan kepanduan HW
• Upacara kenegaraan, untuk mewakili HW
• Latihan HW rutin, khusus, perkemahan dls.
• Upacara di lingkungan Muhammadiyah.
• Upacara pemakaman tokoh nasional / Muh.
5. Dilarang pemakaian seragam untuk kepentingan parta, golongan, famili, kelompok dan perorangan.
H. Atribut Pandu Hizbul Wathan
Pengertian Atribut
Atribut adalah tanda-tanda yg dikenakan oleh anggota pandu, untuk menunjukkan jabatan, jenjang tingkat kecakapan, satuan dan daerah.
Fungsi Atribut
• Menunjang identitas
• Menandakan status dan posisi
• Menunjukkan prestasi kerja
• Menimbulkan kebanggaan
• Menandakan tingkatan
• Menjadi kenang-kenangan.
• Kriteria Atribut yang baik
• Memenuhi estetika dan seni/keindahan
• Anggun dan menunjang wibawa
• Sederhana, mudah dibuat dan murah.
• Simbul-simbulnya bermakna
• Belum dimiliki organisasi lain.
I. Hymne dan Mars Hizbul Wathan
• Hymne Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah HIZBUL WATHAN PANDUKU
• Mars Kepanduan Hizbul Wathan adalah MARS HIZBUL WATHAN.
• Hymne dan Mars, seta penggunaannya dijelaskan dalam Buku Peraturan Dasar.
DETIK DETIK LAHIRNYA HW
Pada suatu hari (Ahad) KH. Ahmad Dahlan memanggil beberapa guru Muhammadiyah : Bp. Somodirdjo (Mantri Guru Standart School Suronatan), Bp. Syarbini dari sekolah Muhammadiyah Bausasran dan seorang lagi dari Sekolah Muhammadiyah Kota Gede.
KH. Ahmad Dahlan berkata kira-kira demikian :
“Saya tadi pagi di Solo sepulang dari Tabligh sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun Surakarta melihat anak-anak baris-berbaris, sebagian bermain-main, semuanya berpakaian seragam, baik sekali! Apa itu??”.
Bp. Somodirjo menjelaskan bahwa itu adalah Pandu Mangkunegaran yang namanya JPO (Javaanche Padvinderij Organisatie) ialah suatu gerakan pendidikan anak-anak diluar sekolah dan rumah.
Mendengar keterangan tersebut KH. Ahmad Dahlan menyambut :
“Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk leladi menghamba kepada Allah, selanjutnya beliau mengharap kepada para guru untuk mencontoh gerakan pendidikan itu”.
Bp. Somodirdjo dan Bp. Syarbini mempelopori mengadakan persiapan – persiapan akan mengadakan gerakan pendidikan untuk anak-anak diluar sekolah dan rumah. Mula-mula yang digerakkan untuk latihan adalah para guru-guru sendiri dulu. Pendaftaran dimulai dan latihan pun diadakan di SD Muhammadiyah Suronatan tiap Ahad Sore. Latihan meliputi baris-berbaris, bermain tambur dan olahraga, kemudian ditambah dengan PPPK dan kerohanian. Bp. Syarbini adalah seorang pemuda yang pernah mendapat pendidikan kemiliteran melatih baris-berbaris. Banyak pemuda yang tertarik sehingga pengikut latihan semakin banyak. Akhirnya diadakan penggolongan yakni golongan dewasa dan anak-anak.
PADVINDER MUHAMMADIYAH
Tahun 1918 adalah saat Gerakan Hizbul wathan melangkahkan langkahnya yang pertama dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Nama tersebut semakin populer. Untuk pengawasan Gerakan padvinder Muhammadiyah ini diserahkan kepada Muhammadiyah bagian sekolahan. Oleh Muhammadiyah bagian sekolahan tersebut dibentuklah pengurus sebagai berikut :
Ketua : H. Muchtar
Wakil Ketua : H. Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abdul Hamid
Organisasi : Siradj Dahlan
Komando : Sjarbini dan Damiri
Untuk memajukan gerakan tersebut, direncanakan akan mengadakan studi ke JPO Solo. Agar kunjungan ke JPO Solo tersebut meriah, bagian sekolahan mengusahakan uniform, kemeja drill kuning dan kemeja drill biru, sedang untuk setangan leher untuk mudahnya menggunakan kacu yang banyak dijual ialah kacu merah berbintik hitam.
Kedatangan Padvinder Muhammadiyah menggemparkan kota Solo. Di lapangan mangkunegaran diadakan demonstrasi-demonstrasi dan macam-macam permainan sebagai perkenalan. Padvinder Muhammadiyah mendapat pelajaran yang sangat berharga dalam kunjungan ke JPO Solo.
NAMA HIZBUL WATHAN
Sepulang dari kunjungan ke JPO Solo tersebut dibicarakan nama dari Padvinder Muhammadiyah. Di rumah Bp. H. Hilal Kauman, RH. Hadjid mengajukan nama yang dianggap cocok pada waktu itu yaitu HIZBUL WATHAN, yang berarti Pembela Tanah Air. Hal ini mengingat adanya pergolakan-pergolakan di luar negeri maupun di dalam negeri yaitu masa berjuang melawan penjajah Belanda.
Nama HIZBUL WATHAN sendiri berasal dari nama kesatuan tentara Mesir yang sedang berperang membela tanah airnya. Dengan kata sepakat nama HIZBUL WATHAN dipakai mengganti nama “Padvinder Muhammadiyah“ tahun 1920.
Kejadian itu bertepatan dengan peristiwa akan turunnya dari tahta Paduka Sri Sultan VII di Yogyakarta. Untuk turut menghormat dan akan ikut mengiringkan pindahnya Sri Sultan VII dari keraton ke Ambarukmo, diadakan persiapan-persiapan dam latihan. Pada tanggal 30 Januari 1921 barisan HW keluar turut mengiringkan Sri Sultan VII pindah dari keraton ke Ambarukmo. Keluarga HW mendapat penuh perhatian dari khalayak ramai. Dari saat itulah HW terkenal pada umum. Hal ini ditambah lagi sesudah beberapa hari kemudian HW berbaris dalam perayaan penobatan Sri Sultan VIII. Perayaan diadakan di alun-alun utara Yogyakarta. HW turut pula dengan mengadakan demonstrasi dimuka panggung dimana Sri Sultan VIII dengan para tamu menyaksikannya.
HW telah menjadi buah bibir masyarakat. Demikianlah uniform HW mulai dikenal masyarakat. Maka tidak heranlah, kalau kadang-kadang kalau ada anak Belanda atau Cina berpakaian Padvinder (NIPV) dikatakan : “Lho, itu ada HW Landa, Lho itu ada HW Cina”, yang sebetulnya yang dimaksud adalah Padvinder NIPV, bahkan setiap ada anak berpakaian pandu selalu dikatakan Pandu HW.
Pada tanggal 13 Maret 1921 KH. Fachrudin menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya yang diantar oleh barisan Pandu HW dan Warga Muhammadiyah sampai Stasiun Tugu Yogyakarta. KH. Fachrudin sempat berpesan didepan anggota-anggota HW dengan menanamkan anti penjajah pada anak HW :
“Tongkat-tongkat yang kamu panggul itu pada suatu ketika nanti akan menjadi senapan dan bedil”
Pesan KH. Fachrudin itu ternyata benar, karena beberapa tahun kemudian banyak anggota HW yang memegang senjata pada Zaman Jepang dengan memasuki barisan PETA (Pembela Tanah Air) seperti : Suharto (Presiden), Sudirman (Panglima Besar TNI), Mulyadi Joyomartono, Kasman Singodimejo, Yunus Anis, dll.
Pesatnya kemajuan HW rupaya mendapat perhatian dari NIPV (perkumpulan kepanduan Hindia belanda sebagai cabang dari kepanduan di Negeri Belanda(NPV)). Pada waktu itu gerakan kepanduan yang mendapat pengakuan dari Internasional hanyalah yang bergabung dalam NIPV tersebut.
HW MENOLAK BERGABUNG DENGAN NIPV
M. Ranelf seorang pemimpin dari NIPV dan yang memegang perwakilan NPV telah datang di Yogyakarta menemui pimpinan HW, mengajak supaya HW masuk ke dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Ranelf selaku komisaris NIPV tiada hentinya untuk menarik HW menjadi anggota NIPV sehingga ketika Konggres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, ia mengikuti Konggres Muhammadiyah dari awal sampai dengan selesai.
Selanjutnya diadakan pertemuan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV, mengajak HW masuk kedalam organisasi NIPV. HW mempunyai prinsip-prinsip yang sukar diterima oleh Padvinder. Adapun HW jika dikatakan itu bukan Padvinder, bagi HW tidak keberatan. HW adalah Hizbul Wathan, mau dikatakan itu padvinder atau bukan terserah yang mau mengatakannya.
KH. Fachrudin mengetahui bahwa NIPV merupakan kepanduan yang bersifat ke Belanda an dan merupakan alat dari penjajah Belanda, sehingga ajakan tersebut ditolak HW. Alasan HW menolak ajakan tersebut karena HW sudah mempunyai dasar sendiri yaitu Islam, dan HW sudah mempunyai induk sendiri yaitu Muhammadiyah. Sesuai dengan induknya HW bersemangat anti penjajah, HW tidak dapat diatur menurut aturan NIPV.
HW PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
Pada permulaan jaman Jepang HW masih nampak kegiatannya, bahkan ikut pawai yang diadakan oleh Jepang dalam rangka merayakan UlangTahun Tenno Heika, sedangkan yang memimpin pawai tersebut Bp. Haiban Hadjid. HW terpilih untuk ikut serta dalam pawai tersebut karena HW dalam baris-berbaris terkenal bagus dibandingkan dengan kepanduan lainnya. Oleh karena itu pandu-pandu dari organisasi lain memberi identitas HW sebagai PANDU MILITER.
Kepanduan pada permulaan perndudukan Jepang namapknya akan mendapat kesempatan hidup terus. Namun tidak lama kemudiansecara terang-terangan Jepang melarang berdirinya organisasi-organisasi kepanduan serta pergerakan lainnya.
Sehingga semua pandu-pandu di Indonesia tidak aktif dari kegiatannya.
PADA MASA KEMERDEKAAN
Sesudah proklamasi kemerdekaan timbullah keinginan untuk menghidupkan kembali organisasi kepanduan Indonesia. Sedang bentuk dan sifatnya harus sesuai dengan keadaan, yakni suatu organisasi kepanduan yang bersatu meliputi seluruh Indonesia dan tidak terpecah belah.
Pada akhir bulan September 1945 di Balai Mataram Yogyakarta berkumpullah beberapa orang pemimpin pandu. Dari HW hadir Bp. M. Mawardi dan Bp. Haiban Hadjid.
Pada tanggal 27 – 29 Desember 1945 diadakan konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia yang hadir lebih kurang 300 orang. Termasuk utusan dari HW. Dalam konggres ini dengan suara bulat diputuskan membentuk PANDU RAKYAT INDONESIA.
Anggota pengurus Kwartir Besar Pandu Rakyat Indonesia antara lain : Dr. Mawardi (KBI), Hertog (KBI), Abdul Ghani (HW), Jumadi (HW).
Tahun 1948 terjadilah aksi polisionil ke 2, Belanda menduduki Yogyakarta, Ibu Kota RI.
Konggres pandu Rakyat kedua diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 20 sampai dengan 22 Januari 1950. Keputusan-keputusan yang dihasilakn dalam konggres Pandu Rakyat Indonesia yaitu antara lain menerima konsepsi baru yang memberi kesempatan kepada bekas pemimpin pandu untuk menghidupkan kembali organisasinya masing-masing.
AMANAT PANGSAR JENDERAL SUDIRMAN
Pada hari Ahad Legi 19 Desember 1948 Belanda menyerbu dan menduduki Ibu Kota RI Yogyakarta dan menangkap Presiden dan Wakil Presiden serta beberapa pemimpin Indonesia lainnya, tetapi bukan berarti RI telah jatuh. Pangsar Jenderal Sudirman (Pandu HW) meskipun dalam keadaan sakit beliau pantang menyerah, keluar kota untuk memimpin perang gerilya.
Pada tanggal 29 Juni 1948 Belanda meninggalkan Yogyakarta dan masuklah tentara RI ke Yogyakarta, yang kemudian terkenal dengan Yogya Kembali. Pangsar Jenderal Sudirman masih dalam keadaan dan dirawat di RS Magelang.
M. Mawardi dan beberapa orang wakil dari Muhammadiyah menengok di RS Magelang. Pada saat itu Jenderal Sudirman mengamanatkan kepada Mawardi selaku Wakil Muhammadiyah agar Kepanduan Hizbul Wathan yang merupakan tempat pendidikan untuk CINTA TANAH AIR didirikan lagi. Di samping itu juga untuk melanjutkan tujuan semula pendirian HW yaitu : sebagai kader Muhammadiyah dalam penyebaran agama Islam. Dikatakan bahwa HW merupakan tempat yang baik untuk mendidik anak-anak Muhammadiyah agar kelak menjadi seorang pejuang yang cinta tanh air dan sekaligus taat pada agama. Oleh karena itu dianjurkan pada warga Muhammadiyah agar jangan ragu-ragu lagi untuk mendidik putra-putrinya melalui Kepanduan HW.
APEL PERESMIAN BERDIRINYA KEMBALI HW
Untuk melaksanakan amanat Pangsar Jendral Sudirman pada sore hari tanggal 29 Januari 1950 secara simbolis HW mengadakan apel yang dipimpin oleh Bp. Haiban Hadjid untuk meresmikan berdirinya kembali kepanduan Hizbul Wathan, dan pada malam harinya Pangsar TNI Jenderal Sudirman wafat. Oleh karenanya pada waktu itu ada semboyan :
“HW BANGKIT UNTUK MELANJUTKAN KEPEMIMPINAN JENDERAL SUDRIMAN”
Setelah HW resmi berdiri lagi banyaklah anggota Pandu Rakyat yang dulu juga pandu HW masuk kembali ke dalam Hizbul Wathan.
MAJELIS HW
Kepanduan Hizbul Wathan yang merupakan organisasi bagian Muhammadiyah dalam struktur organisasinya tidak dapat dipisahkan dari Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis HW disingkat dengan Majelis HW adalah suatu badan pembantu Pimpinan Muhammadiyah yang diserahi tugas melaksanakan Pimpinan, usaha Muhammadiyah dalam bidang Ke HW an. Majelis HW adalah sebagai Kwartir Besar HW dan mempunyai Pimpinan langsung ke bawah tingkat daerah, cabang. Anggota Majelis HW terdiri dari anggota Muhammadiyah yang mempunyai keahlian tentang HW. Mereka ditetapkan dan diberhentikan oleh PP Muhammadiyah.
MAJELIS HW TAHUN 1961
Ketua : MH. Mawardi
Wk/Kb Umum : R. Haiban Hadjid
KB Bag. Lab : HAG Dwidjosuparto
KB Penghela : R. Subiso Sastrowarsito
KB Pengenal : H. Suroso
KB Athfal : Donowardoyo
KB Bag. Latihan : Otong Muchsin
KB Perw. Jakarta : KH. Mansur
Anggota : R. Dawam Marzuki
Bendahara : Hirmas
Sekretaris I : H. Amien Luthfie
Sekretaris II : Achmad Sumitro, BSc
Sekretaris III : Rofiq JA
Tapi, sungguh sayang pada tanggal 9 Maret 1961, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomer : 238/ 61, Kepanduan Hizbul Wathan dan kepanduan lainnya dilebur ke dalam Pramuka.
Setelah tertidur lama, pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M. Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Surat Keputusan No : 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 M. Dan dipertegas dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 10/KEP/I.O/B/2003 M. Dan Kepanduan Hizbul Wathan menjadi Organisasi Otonom Muhammadiyah.
Jatidiri Kepanduan Hisbul Wathan
A. Identitas Kepanduan Hizbul Wathan
• Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan anak, remaja dan pemuda, di luar lingkungan keluarga dan sekolah, dalam membentuk warga masyarakat islami yang berguna dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan.
• Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengkhususkan pendidikan anak, remaja dan pemuda menjadi warga masyarakat yang mandiiri dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan yang islami.
B. Sifat Kepanduan Hizbul Wathan (HW)
Kepanduan HW mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
• Terbuka, artinya dapat meneima siapa saja yang memenuhi syarat menjadi anggota.
• Sukarela, artinya tidak ada paksaan atau perintah untuk menjadi anggota.
• Nasional, artinya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam rangka mencerfdaskan bangsa.
• Islami, sebagai salah satu dari organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengemban misi dan visi persyarikatan.
C. Ciri khas Kepanduan Hizbul Wathan
Ciri khas Kepanduan HW, ditandai dari prinsip dasar dan metode pendidikan:
1. Prinsip Dasar yang harus dipatuhi adalah:
• Pengamalan akidah islamiyah.
• Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam.
• Pengamalan Kode Kehormatan Pandu.
• Pendidikan di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
• Satuan dan kegiatan terpisah antara putera dan puteri.
• Tidak terkait dan berorientasi kepada partai politik atau golongan tertentu.
2. Metode Pendidikan yang diterapkan adalah:
• Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
• Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang.
• Pemberdayaan anak didik dengan penerapan sistem beregu.
• Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
D. Kode Kehormatan Pandu
Kode kehormatan pandu terdiri dari Janji Pandu dan Undang undang Pandu; yang masing-masing dibedakan antara pandu Athfal dan pandu Pengenal/Penghela/Penuntun.
1. Janji Pandu
• Janji Pandu Athfal
• Janji Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun
2. Undang-undang
• Undang-undang Pandu Athfal
• Undang-undang Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun
E. Lambang dan Simbol Kepanduan Hizbul Wathan
• Lambang Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah lingkaran matahari bersinar 12 dengan inisial HW di tengahnya.
• Simbol Gerakan Hizbul Wathan adalah sekuntum bunga melati yang dibawahnya ada pita bertuliskan Fastabiqul Khairat dalam huruf Arab, bermakna berlomba-lomba dalam kebajikan.
• Sinar Matahari sebanyak dua belas yang di dalamnya terdapat inisial HW bermakna bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan negara.
• Kuncup melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima helai bermakna rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam helai (tampak tiga) bermakna rukun Iman, dan dua helai daun bermakna dua kalimat syahadat.
F. Bendera Kepanduan Hizbul Wathan
• Bendera resmi Gerakan Kepanduan HW berbentuk kain empat persegi panjang, lebar dan panjang bendera berbanding dua dan tiga. Di dalamnya terdapat enam strip berwarna hijau dan lima strip berwarna kuning. Di sudut sebelah kiri atas terdapat lambang HW, berwarna putih di atas persegi panjang warna hijau dengan ukuran lebar sepertiga lebar bendera dan ukuran panjang sepertiga panjang bendera.
• Strip hijau berjumlah enam bermakna rukun Iman dan strip kuning berjumlah lima bermakna rukun Islam.
• Ukuran bendera resmi sama untuk seluruh tingkat dan satuan, yaitu 90 cm x 135 cm.
• Bendera Suku Penghela, Pasukan Pengenal dan Rumpun Athfal, serta bendera Regu Pengenal dan Kuntum Athfal disesuaikan dengan ciri khas dan kebanggaan masing-masing. Ketentuan lebih rinci dijelaskan dalam Surat Ketetapan dari Kwartir Pusat dan dalam Buku Peraturan Dasar.
G. Pakaian Seragam Pandu Hizbul Wathan
1. Pengertian Pakaian seragam
Pakaian seragam adalah pakaian resmi pandu HW yang dikenakan oleh setiap anggotanya sebagai salah satu identitas organisasi dengan fungsi, criteria dan tata cara pemakaian tertentu.
2. Fungsi pakaian seragam pandu HW adalah:
• Sebagai identitas
• Sebagai penguat jiwa korsa
• Sebagai daya tarik
• Sebagai motivasi pengendalian disiplin
• Sebagai jalinan kebersamaan
• Sebagai cerminan kerapihan
• Sebagai barang kenang-kenangan
3. Kriteria Pakaian Seragam
• Memiliki estetika (seni dan keindahan)
• Menarik untuk mayoritas peserta didik dan anggota.
• Cocok dan mendukung kegiatan di lapangan.
• Sederhana tapi anggun, praktis dan mudah pengadaannya
• Paduan warna harmonis dan mengandung makna.
• Memenuhi norma masyarakat dan agama
• Mencirikan jati diri organisasi dan belum digunakan oleh organisasi lain.
4. Tata Tertib Pakaian Seragam HW
Pemakaian seragam baku pada saat yg ditentukan harus utuh selengkapnya. Cara pemakaiannya harus tertib sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Saat pemakaian seragam ditentukan sbb.:
• Upacara resmi dan pertemuan kepanduan HW
• Upacara kenegaraan, untuk mewakili HW
• Latihan HW rutin, khusus, perkemahan dls.
• Upacara di lingkungan Muhammadiyah.
• Upacara pemakaman tokoh nasional / Muh.
5. Dilarang pemakaian seragam untuk kepentingan parta, golongan, famili, kelompok dan perorangan.
H. Atribut Pandu Hizbul Wathan
Pengertian Atribut
Atribut adalah tanda-tanda yg dikenakan oleh anggota pandu, untuk menunjukkan jabatan, jenjang tingkat kecakapan, satuan dan daerah.
Fungsi Atribut
• Menunjang identitas
• Menandakan status dan posisi
• Menunjukkan prestasi kerja
• Menimbulkan kebanggaan
• Menandakan tingkatan
• Menjadi kenang-kenangan.
• Kriteria Atribut yang baik
• Memenuhi estetika dan seni/keindahan
• Anggun dan menunjang wibawa
• Sederhana, mudah dibuat dan murah.
• Simbul-simbulnya bermakna
• Belum dimiliki organisasi lain.
I. Hymne dan Mars Hizbul Wathan
• Hymne Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah HIZBUL WATHAN PANDUKU
• Mars Kepanduan Hizbul Wathan adalah MARS HIZBUL WATHAN.
• Hymne dan Mars, seta penggunaannya dijelaskan dalam Buku Peraturan Dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar